Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buah dari Kemalasan Warga AS

Kompas.com - 05/08/2011, 11:17 WIB

Pengantar Redaksi:

Artikel ini banyak mengundang komentar kritis dari pembaca. Untuk itu, kami meminta penulisnya untuk memberikan tanggapan atas komentar-komentar itu. Artikel tanggapan bisa di klik di sini:

Terimakasih atas komentar dan kritiknya.

Redaksi

========================================================

 

 

KOMPAS.com- Utang AS menumpuk. Dasar utamanya sebenarnya adalah kemalasan warga AS. Akar lain adalah, bisa dibilang visi jelek warga AS.

Dibilang malas, karena warga AS minimal harus dapat 4 dollar AS per jam untuk setiap pekerjaan. Bayangkan jika warga AS bekerja 10 jam, sudah dapat 40 dollar AS, atau setara dengan Rp 350.000 per hari dengan asumsi jam kerja 10 jam per hari.

Jika warga AS bekerja selama tiga hari dengan 10 jam kerja, maka selama tiga hari warga AS sudah bergaji Rp 1.050.000. Ini sudah setara dengan gaji sebulan bagi pekerja buruh di Indonesia yang mengandalkan UMR. Bayangkan, betapa mahalnya biaya tenaga kerja di AS itu.

Lagi, warga AS susah sebenarnya bekerja lebih dari 10 jam per hari. Tambahan pula, warga AS memilih partai politik yang gencar menolak kenaikan pajak, seperti Partai Republik. Inilah salah satu faktor yang membuat Partai Republik menjadi mayoritas di DPR AS, dan menjadi penentu kebijakan keuangan negara AS.

Dengan utang yang besar, ekonom AS termasuk peraih Hadiah Nobel Paul Krugman, menyarankan agar pajak dinaikkan supaya AS tidak melulu tergantung pada utang. Ini tak terjadi. Bahkan pada Desember 2010 lalu, Presiden AS Barack Obama menyerah pada tuntutan Partai Republik, agar fasilitas pembebasan pajak yang diwariskan George W Bush, diperpanjang hingga tahun 2012.

Obama takut kalah dalam pemilu 2012, maka dia menurut saja setidaknya hingga 2012. Inilah faktor lain, yang turut membuat AS sulit menurunkan utang, bahkan baru saja bertambah sebesar 2,1 triliun dollar AS, dari 14,3 triliun dollar AS yang ada sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com