Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utang AS Masih Ancam Ekonomi Global

Kompas.com - 03/08/2011, 10:37 WIB

BEIJING, KOMPAS.com — Amerika Serikat hampir pasti lolos gagal bayar (default) setelah DPR menyetujui kesepakatan peningkatan batas utang pemerintah federal, kemarin. Meski begitu, para kreditor AS menilai, utang AS yang menggunung dan dollar yang terlalu dominan masih tetap mengancam ekonomi global.

Salah satu kreditor terbesar yang khawatir dengan kemampuan AS dalam membayar utang adalah China. Surat kabar utama di China, People's Daily, mengatakan, kredibilitas obligasi Pemerintah AS sudah hancur sejak krisis sub-prime mortgage. Namun, negara lain belum menemukan cara untuk melepaskan ketergantungan pada dollar. "Meski kepercayaan pada utang AS turun dan lembaga rating akan menurunkan rating AS, kredibilitas dasar tidak berubah. Dollar tetap menjadi mata uang yang kuat," kata surat kabar itu.

Zhu Baoliang, kepala ekonom di lembaga pemerintah State Information Centre, mengatakan, pengurangan belanja AS sebesar 1 triliun dollar AS selama 10 tahun ke depan tidak cukup untuk mencegah krisis utang pada masa yang akan datang. "Gagal bayar AS tidak akan berdampak langsung terhadap China. Tapi, dampaknya akan terlihat pada jangka panjang," katanya seperti dikutip China Daily.

Li Xiangyang, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial China, mengatakan, politisi AS pada masa depan bisa mengabaikan kepentingan kreditor dan lebih mengutamakan kebijakan dalam negeri.

Menurut Li, untuk menghindari perangkap dollar AS, China harus menghentikan investasi dalam aset dollar pada masa depan.

Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin juga melihat ancaman serupa. "AS sudah tak terkendali dan menumpahkan sebagian beban masalah ke ekonomi dunia. AS hidup sebagai parasit dari ekonomi global dan monopoli dollar," ujar Putin.

Putin, yang sering mengkritik kebijakan nilai tukar AS, mencatat, Rusia memegang obligasi dan treasury notes AS dalam jumlah besar. "Jika di Amerika ada masalah sistemik, akan mempengaruhi semua orang. Negara seperti China dan Rusia menyimpan cadangan devisa dalam jumlah besar di surat berharga Amerika. Seharusnya ada mata uang lain sebagai cadangan devisa," ujarnya. (Sam Cahyadi/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com