Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaysia dan Australia Hancurkan Perdagangan Manusia

Kompas.com - 25/07/2011, 18:25 WIB

KOMPAS.com - Pihak Malaysia dan Australia membuat lompatan baru penanganan pengungsi dan pencari suaka. Momen itu terlaksana dalam penandatanganan perjanjian pertukaran pengungsi. Kebijakan ini, seturut warta AP, AFP, dan Xinhua pada Senin (25/7/2011), berupaya menekan arus pengungsi perahu ke Australia.

Perjanjian itu, secara rinci, akan mengizinkan Australia mengirim 800 pencari suaka ke Malaysia. Sebagai imbalannnya, Australia akan mengambil 4.000 pengungsi dari Malaysia dalam empat tahun mendatang. Perdana Menteri Australia Julia Gillard mengatakan perjanjian itu akan menghancurkan model bisnis menyelundupkan orang.

Tetapi, beberapa kelompok hak asasi merasa keberatan dengan perjanjian tersebut. Amnesty International mengangkat kekhawatiran bahwa Malaysia sering memperlakukan pencari suaka dengan buruk. Kelompok itu mengatakan para pencari suaka sering ditampung dalam sel dengan kondisi mengenaskan. Mereka, menurut kelompok itu sering dieksploitasi dan dicambuk.

Malaysia -yang tidak menandatangani Konvensi Pengungsi PBB dan belum meratifikasi Konvensi PBB tentang penentangan penyiksaan- menampung puluhan ribu migran gelap.

Sementara, Menteri Dalam Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein, yang menandatangani perjanjian itu di Kuala Lumpur, mengatakan pencari suaka akan diperlakukan sesuai dengan standar internasional badan pengungsi PBB. "Tuduhan bahwa Malaysia tidak berbuat adil terhadap pengungsi di negaranya sepenuhnya tidak benar," katanya.

Gillard menegaskan bahwa para pencari suaka akan diperlakukan dengan baik. "Untuk memastikan kesejahteraan pencari suaka yang dipindahkan, akan ada komite pemantau yang anggotanya termasuk dari badan pengungsi PBB (UNHCR)," katanya.

Dalam sebuah pernyataan UNHCR, yang tidak ikut menandatangani perjanjian itu mengatakan bahwa lembaga itu lebih suka Australia menangani migran di negaranya sendiri.

Berdasarkan perjanjian ini Australia sepakat untuk menanggung biaya pemindahan. Tambahan 4.000 pengungsi yang akan diterima Australia adalah para imigran yang sudah berada di Malaysia.

Masalah pencari suaka sangat kontroversial bagi pemerintah di Australia. Minggu lalu seorang pengungsi yang ditahan di Pulau Christmas melancarkan aksi protes selama beberapa malam menuntut perbaikan kondisi dan perlakuan.

Dalam beberapa hari terakhir ini media setempat juga melaporkan aksi mogok besar-besaran di pusat penampungan di Queensland, aksi protes di atas atap di penampungan di Darwin, dan sebuah perahu yang membawa 47 pencari suaka disergap di lepas pantai Australia.

Saat ini ada lebih dari 6.000 pencari suaka di tempat-tempat penampungan di Australia yang berasal dari negara-negara termasuk Iran, Irak, Vietnam, Sri Lanka, dan Afganistan. PBB sebelumnya mengecam Australia karena menahan para pencari suaka ketika permohonan mereka sedang dipertimbangkan.

Para migran itu ditahan selama berbulan-bulan di pusat penampungan di Pulau Christmas sekitar 2.400 km dari daratan utama Australia dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com