Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy Diduga Bersiap Meninggalkan Tripoli

Kompas.com - 25/06/2011, 04:06 WIB

Kairo, Kompas - Seiring peringatan 100 hari misi NATO melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1973 untuk perlindungan warga sipil di Libya, berita tentang kemungkinan hengkangnya Pemimpin Libya Moammar Khadafy dalam waktu dekat semakin kuat.

Pejabat senior keamanan nasional AS, seperti dikutip Wall Street Journal dan dilansir kantor berita AFP, Jumat (24/6), mengungkapkan, Khadafy tengah mempertimbangkan untuk meninggalkan Tripoli.

Menurut pejabat yang tak mau menyebutkan namanya tersebut, dinas intelijen AS melansir, Khadafy mulai merasa tidak aman dengan gencarnya serangan udara NATO pada berbagai sasaran di Tripoli. Namun, Khadafy tak akan meninggalkan Libya.

Khadafy memiliki sejumlah tempat persembunyian di dalam dan luar Tripoli. Pemimpin yang telah berkuasa hampir 42 tahun itu sejauh ini berkeras menolak mundur dari jabatannya sebagai Pemimpin Libya.

Mantan Dubes Libya untuk PBB Abdurrahman Shalgham kepada surat kabar Italia, Corriere della Sera, juga mengatakan, Khadafi akan hengkang dari jabatannya dalam beberapa pekan mendatang.

Menurut Shalgham, Khadafi kini bermanuver untuk mendapatkan tiga hal. Pertama, dapat meninggalkan Libya dengan aman. Kedua, mendapatkan uang pesangon yang cukup untuk dia dan keluarganya pada masa pensiun. Ketiga, mendapat imbalan perlindungan dari tuntutan hukum dari pihak mana pun setelah hengkang. Shalgham mengungkapkan, Khadafi kemungkinan minta suaka politik ke salah satu negara Afrika atau Rusia.

Kontak

Juru bicara oposisi Libya, Mahmud Shamam, kepada harian Perancis, Le Figaro, mengatakan, kubu oposisi saat ini tengah melakukan kontak tidak langsung dengan rezim Libya.

Kubu oposisi minta Khadafy mundur dengan imbalan dia diizinkan tetap tinggal di kota kelahirannya, Sirte, atau kota lain di Libya selatan. Menurut Shamam, perundingan itu kadang digelar di Afrika Selatan atau Perancis

Shamam mengatakan, persyaratan bagi suksesnya perundingan tidak langsung itu adalah Khadafy dan keluarganya harus hengkang dahulu dan tidak bisa ambil bagian dalam pemerintahan mendatang. ”Kami sedang membahas dengan mereka soal mekanisme turunnya Khadafy,” katanya.

Kubu oposisi juga mengklaim punya kontak rahasia dengan gerakan anti-Khadafy di Tripoli.

Tokoh kubu oposisi yang berbasis di Benghazi, Alami Belhaj, mengatakan, kontak rahasia dengan gerakan anti-Khadafy di Tripoli dilakukan melalui jaringan internet Skype dan telepon satelit, dan berlangsung aman.

Menurut Belhaj, jumlah anggota gerakan anti-Khadafi di Tripoli sekitar 100 orang. ”Kami berbicara sekitar satu jam setiap malam dengan orang dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka menceritakan apa saja yang mereka dengar atau lihat, di jalanan atau di masjid-masjid,” tutur Belhaj.

Seorang anggota gerakan anti-Khadafy bercerita bahwa ada tanda-tanda dukungan terhadap Khadafi tak sekuat dulu. Belhaj yakin, pemberontakan di Tripoli tinggal menunggu waktu saja. Pembicaraan rahasia itu dilakukan sebagai persiapan agar setelah Khadafy hengkang tidak terjadi pertumpahan darah.

Belhaj juga mengungkapkan, kubu oposisi punya rencana komprehensif untuk menyiapkan skenario setelah hengkangnya Khadafi dari kekuasaan. Rencana itu antara lain mulai melakukan kontak dengan kaum profesional dan teknokrat, khususnya perwira polisi dan tentara yang masih loyal kepada Khadafi. (mth)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com