Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi 90 Tuntutan, Ben Ali Disidang 20 Juni

Kompas.com - 14/06/2011, 08:50 WIB

TUNIS, KOMPAS.com — Pengadilan in absentia mantan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali, yang sekarang berada di pengasingan di Arab Saudi, akan dimulai pada 20 Juni, kata Perdana Menteri sementara Tunisia Beji Caid Essebsi kepada Al-Jazeera, Senin (13/6/2011).     

"Saya akan mengumumkan untuk pertama kali, pengadilan ini akan mulai pada tanggal 20 Juni," kata Essebsi pada saluran televisi itu. Ia menambahkan, Ben Ali dan rekan-rekannya akan menghadapi lebih dari 90 tuduhan.     

Ia juga menyampaikan bahwa Pemerintah Saudi tidak menanggapi permintaan Tunisia untuk menyerahkan bekas presiden itu. Ben Ali melarikan diri dari Tunisia pada Januari lalu menyusul pemberontakan terhadap 23 tahun pemerintahnya. Beberapa anggota keluarganya mengatakan ia menderita stroke pada Februari dan ia telah tidak tampil di depan umum.     

Pemerintah baru Tunisia siap mengadili in absentia Ben Ali dan istrinya, Leila Trabelsi, dengan tuduhan kepemilikan obat bius dan senjata serta korupsi. Pihak berwenang Tunisia menyatakan tuduhan pertama akan terkait dengan temuan uang, senjata, dan obat bius di istana presiden, termasuk hampir 2 kilogram narkotika yang diperkirakan ganja, serta uang kontan 27 juta dollar AS.     

Temuan itu menjadi dasar untuk puluhan penyelidikan tidak henti atas bekas pasangan pertama itu, keluarga mereka, serta menteri-menteri dan pejabat-pejabat bekas rezim itu.     

Pemerintah mengatakan mereka juga memeriksa kasus pembunuhan, penyalahgunaan kekuasaan, perdagangan artefak arkeologis, dan pencucian uang.     

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pengacara Perancis-nya, Ben Ali mengecam pengadilan itu sebagai "penyamaran diri".     

Pemerintah sementara Tunisia telah meminta ekstradisi bekas presiden itu dari Arab Saudi bersama dengan istrinya dan beberapa negara Eropa telah membekukan aset milik Ben Ali dan kelompoknya.     

Revolusi Tunisia adalah yang pertama dan sejauh ini yang paling berhasil dari serangkaian pemberontakan terhadap para penguasa otokratis di Timur Tengah dan Afrika Utara yang menjadi terkenal sebagai "Arab Spring".     

Mesir juga memulai program pembaruan demokratis setelah jatuhnya Hosni Mubarak. Tapi Libya dan Yaman telah jatuh ke dalam konflik saudara dan demonstrasi prodemokrasi di Bahrain dan Suriah menghadapi penindasan brutal.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com