Sana’a, Senin
Serangan udara ke wilayah Yaman selatan itu dilakukan untuk membalas penyergapan atas militer Yaman di dekat Zinjibar, kota pesisir yang beberapa hari lalu sudah dikuasai kelompok militan Al Qaeda. Dalam penyergapan itu, enam tentara
Yaman terbunuh.
Saksi mata yang tinggal di kota itu melaporkan, pesawat jet pemerintah menyerang dan melepaskan bom di atas posisi kelompok militan.
Situasi terakhir ini menegaskan kekhawatiran dunia internasional akan terjadi perang saudara di negara miskin ini. Yaman, yang berada di tubir jurang kehancuran finansial dan dijadikan markas kelompok militan Al Qaeda di semenanjung Arab, dikhawatirkan akan menjadi negara gagal. Kondisi ini mengancam negara-negara tetangganya di kawasan yang kaya minyak itu.
Suasana tenang pada akhir pekan terusik ketika pasukan yang loyal kepada Presiden Saleh menembaki pengunjuk rasa yang berada di Alun-alun Kebebasan di pusat kota Taiz. Pejabat rumah sakit mengatakan, setidaknya 15 orang tewas dan ratusan orang terluka.
Korban tewas kemungkinan besar bertambah karena tentara juga menggunakan buldoser untuk membongkar tenda-tenda yang didirikan di alun-alun itu. Tentara membakar tenda yang masih berdiri dan memarkir kendaraan bersenjata di sekeliling alun-alun.
”Sebagian besar korban terkena tembak dengan peluru tajam. Namun, ada juga yang terluka karena ditabrak buldoser,” kata sumber rumah sakit.
Belasan pengunjuk rasa yang berusaha menggulingkan Saleh ditangkap pasukan pemerintah. ”Pasukan keamanan mengejar para pemuda hingga ke lorong-lorong permukiman setelah tentara membubarkan mereka,” kata aktivis proreformasi Yaman, Boshra al-Maqtari.
”Ini adalah pembantaian. Situasinya sangat mengenaskan. Mereka juga menangkap korban yang terluka dan membawanya ke penjara,” ujar Al-Maqtari.
Saksi mata mengatakan, alun-alun itu kini bersih dari pengunjuk rasa dan tenda. Tentara juga merazia hotel di sekitarnya dan menangkapi sejumlah pekerja pers.
Koalisi oposisi Forum Bersama mengecam aksi militer yang setia kepada Saleh itu sebagai ”kekerasan terhadap kemanusiaan”. Mereka mengatakan, presiden yang telah menjabat selama 33 tahun itu ”harus bertanggung jawab secara personal karena kekejamannya kepada warga sipil”.
Pada 18 Maret, 52 orang tewas ketika pasukan pemerintah berusaha membubarkan unjuk rasa serupa di Alun-alun Universitas di pusat kota Sana’a. Setelah insiden itu, Saleh menyatakan negara dalam keadaan darurat.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.