Dalam status akun itu juga tertulis, ”Akan datang suatu hari di mana rakyat Suriah menggerakkan revolusi demi engkau wahai Al Khatib, demi air mata ibumu, demi luluhnya hati bapakmu, dan demi semua rakyat Suriah.” Dalam tempo kurang dari 24 jam, akun itu telah menarik lebih dari 16.000 anggota.
Pemikir dan budayawan Suriah, Salah Saidi, kepada stasiun televisi Al Arabiya menegaskan, Hamzah al-Khatib akan menjadi simbol perjuangan rakyat Suriah yang lebih dahsyat dibandingkan dengan Bouazizi di Tunisia dan Khaled Said di Mesir.
Saidi mengatakan, rezim Suriah sudah terbiasa menindas rakyat. Namun, tindakan mereka membunuh seorang bocah telah melampaui batas kemanusiaan dan tidak bisa ditoleransi lagi.
Direktur lembaga Mirsad untuk Hak Asasi Manusia Suriah, Rami Abdurrahman, menegaskan, aksi penyiksaan di kota Daraa dan kota lainnya tak bisa didiamkan. Ia meminta otoritas Suriah segera menangkap dan menyeret oknum yang bertanggung jawab atas penyiksaan Al Khatib dan korban lainnya ke pengadilan. Menurut dia, masih ada tujuh mayat di rumah sakit kota Daraa yang tewas akibat siksaan.
Sejauh ini belum ada reaksi resmi dari Pemerintah Suriah atas tewasnya Hamzah al-Khatib, yang menyulut kemarahan publik di negara itu.
Aksi unjuk rasa antirezim di Suriah, yang berlangsung sejak akhir Maret lalu, telah membawa korban 1.000 jiwa gugur. Aparat keamanan sedikitnya telah menewaskan delapan pengunjuk rasa dan puluhan lainnya luka-luka sejak Jumat hingga Minggu di berbagai kota, seperti Deir el Zor, Homs, Daraa, Qatana, dan Zabadani.