Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lengsernya Lee Kuan Yew

Kompas.com - 19/05/2011, 02:51 WIB

Kalau pemerintahan Lee Kuan Yew yang dinilai bersih oleh transnasional saja bisa ditolak oleh pemilih yang mempunyai persepsi berbeda, apalagi pemerintahan SBY yang tidak mampu membuat terobosan institusional dalam pemberantasan KKN.

Penahanan besan Aulia Pohan tampaknya tak bisa lagi menjadi kartu ketegasan SBY. Saat ini, Bendahara Umum Partai Demokrat yang seharusnya langsung dipecat begitu isu korupsi mencuat malah dibiarkan saja. Besan adalah suatu ikatan primordial yang hanya punya dampak pencitraan rela mengorbankan ”keluarga”. Namun, jika tidak berani memecat oknum partai, sikap pilih kasih dan tebang pilih malah akan mengalahkan citra yang diharapkan dari ketegaan mengorbankan besan.

Musibah korupsi atau skandal seks bisa menimpa siapa saja, termasuk Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn. Dulu juga menimpa Presiden Bank Dunia, sahabat Indonesia, Paul Wolfowitz, yang dianggap memberi perlakuan istimewa kepada pacar gelapnya, salah seorang pegawai Bank Dunia. Korupsi dan seks bisa dijadikan senjata ampuh oleh lawan politik di mana saja dan kapan saja, termasuk untuk SBY dan kabinetnya.

Logika aneh politisi

Namun, yang paling menggelikan adalah komentar emosional Ketua DPR Marzuki Alie di konferensi antikorupsi KPK OECD di Bali. Menurut dia, Singapura adalah negara yang semestinya dinilai paling korup dan bukan paling bersih, seperti peringkat Corruption Perceptions Index Transparency International.

Logika Marzuki Alie, Singapura jadi kaya dari harta koruptor Indonesia dan tidak mau mengekstradisi koruptor. Jangan lupa, Singapura pernah menyerahkan dana hasil korupsi H Thaher setelah Benny Moerdani menjadi saksi di Pengadilan Negeri Singapura dan menyatakan uang itu hasil korupsi. Singapura tentu tidak bisa memenuhi tuntutan dan teriakan dari seberang selat yang sekadar politicking domestic tidak jelas, tidak didasari oleh putusan hukum dan pengadilan.

Jika para koruptor yang diteriakkan oleh Marzuki Alie itu sudah memperoleh kepastian hukum dan Marzuki Alie berani menjadi saksi dengan datang ke pengadilan Singapura, pastilah Singapura akan mengembalikan dana simpanan koruptor itu. Tentu ini sepanjang Marzuki Ali bisa membuktikan bahwa harta itu memang hasil korupsi, seperti kesaksian Benny Moerdani.

Akan tetapi, kalau hanya berteriak gaya populis anarkistis tentu sulit mengharapkan negara mana pun mengabulkan tuntutan Indonesia. Apalagi Indonesia masih penuh agenda politik di mana lawan politik bisa dihabisi dengan tuduhan korupsi meski oligarki masih tetap pilih kasih dan tebang pilih, seperti yang dipersepsikan Indo Barometer.

Pemberantasan korupsi walaupun didukung oleh penghukuman besan Aulia Pohan mengalami kemunduran dengan membiarkan Bendahara Umum Demokrat tetap bertengger. Lee Kuan Yew hanya berpikir seminggu untuk lengser setelah melihat persepsi rakyat Singapura terhadap kehadiran dirinya.

Justru untuk menyelamatkan citra putra mahkotanya, Lee Hsien Loong, Lee segera lengser begitu mengalami kemenangan paling tipis dalam sejarah pemilu Singapura. Lengsernya Lee Kuan Yew dan hasil survei Indo Barometer adalah misteri. Akan tetapi, benarkah suara rakyat itu suara Tuhan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com