Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Remehkan Orang Tua...

Kompas.com - 15/05/2011, 04:21 WIB

Berawal dari jalan sore bersama teman-temannya di Senayan sejak tahun 2000, Wempie mencoba lari hingga bisa berlari jarak jauh. Setahun setelah bergabung dengan PAMI tahun 2001, Wempie mengikuti kejuaraan atletik.

Karena awam, ada kejadian lucu ketika dia berlomba di nomor 5.000 meter. Wempie memilih berlari di lintasan terluar karena merasa lintasan dalam terlalu ramai oleh peserta lain, hingga dia tidak leluasa saat berlari. ”Saya disuruh masuk oleh pelatih. Tetapi waktu itu saya tidak mengerti. Diminta masuk, tapi masuk ke mana, ha-ha-ha...,” tutur Wempie, yang seorang perokok berat ketika belum mengenal olahraga.

Jaga kesehatan

Apa yang dilakukan Wempie, yaitu mulai berolahraga saat memasuki usia 50 tahunan, menurut dokter spesialis olahraga Michael Triangto, dimungkinkan terjadi. ”Pada intinya tidak ada kata terlambat untuk olahraga. Yang penting, jenis olahraga disesuaikan dengan kondisi tubuh, terutama kondisi jantung,” kata Michael.

Meski demikian, dokter yang memiliki klinik Sports Therapy di Jakarta ini berpendapat, olahraga lebih baik dilakukan sejak muda. Michael kemudian memberi contoh tentang penyakit osteoporosis yang pada umumnya dialami perempuan yang sudah menopause.

”Kalau olahraga dilakukan sejak usia muda, waktu untuk menabung kepadatan tulang lebih lama dibandingkan kalau olahraga dimulai pada usia 50 tahunan. Jadi, tetap ada perbedaan efek antara orang yang memulai olahraga sejak muda dengan mereka yang berolahraga menjelang lansia,” ujar Michael.

Meski masih aktif berlomba, motivasi anggota PAMI rutin berolahraga memang cukup sederhana, yaitu menjaga kondisi tubuh. Titi Sudibyo (77), misalnya, yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PAMI, mengaku tak punya penyakit osteoporosis seperti yang lumrah dialami lansia. Selain atletik, Titi juga aktif bermain golf.

”Kalau diam, justru badan jadi sakit. Jadi, badan ini kayak nagih kalau tidak olahraga,” kata Sutinah K (80), atlet lempar lembing, cakram, dan tolak peluru.

Suami-istri Posman (78) dan Ashardini (72) bahkan sembuh dari penyakit mereka hanya dengan berjalan kaki setiap hari. Posman, yang pernah divonis sakit jantung koroner pada usia 48 tahun, hingga kini tak pernah absen berolahraga. Ditemani Ashardini, setiap pagi Posman berjalan kaki 5 km ditambah 5 km joging di sekitar rumah, di kawasan Bintaro, Tangerang.

”Saya pernah diminta operasi oleh dokter. Tetapi, setelah rutin berjalan kaki, dua tahun kemudian, saya dinyatakan sembuh total. Istri saya juga sembuh dari sakit tuberkulosis,” kata Posman, bersemangat.

Kakek 15 cucu dan tiga cicit ini bahkan pernah mengikuti lomba lari 10 km untuk kelompok umur 50 tahun ke atas, menyelesaikan triatlon, berjalan kaki Jakarta-Bandung dan Yogyakarta-Jakarta.

Apa yang dilakukan Posman ini sebenarnya membuat anak-anaknya khawatir. ”Mereka pernah minta saya berhenti. Saya jawab, tidak mau karena saya tahu batas kemampuan tubuh saya. Saya melakukan ini supaya sehat. Kalau saya sakit, mereka juga yang repot,” cerita Posman.

Dan, anak-anak Posman pun terdiam setelah mendengar argumen sang ayah....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com