Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Yaman Setuju Mundur

Kompas.com - 25/04/2011, 03:22 WIB

Sana’a, Sabtu - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, yang sudah berkuasa selama 32 tahun, akhirnya setuju dengan proposal yang mengharuskan dia mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden dalam waktu 30 hari.

Proposal tersebut dibuat oleh negara-negara di sekitar Teluk Persia, yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC). Enam anggota GCC adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, Qatar, dan Kuwait.

Dalam proposal tersebut, Saleh mendapat kompensasi berupa jaminan bahwa ia bersama seluruh kerabat dan pembantu terdekatnya tidak akan menghadapi tuntutan pengadilan.

Saleh juga diwajibkan membentuk pemerintahan persatuan nasional, yang melibatkan semua pihak di Yaman. Lembaga itu akan menggelar pemilu presiden selambat-lambatnya dua bulan setelah ia mundur.

Saleh dan Partai Kongres Rakyat Umum (GPC) yang berkuasa menyatakan setuju dengan proposal tersebut, Sabtu (23/4). ”Presiden dan GPC setuju dengan semua inisiatif ini. Persetujuan final ini dibuat tanpa syarat apa pun,” kata Deputi Menteri Informasi Yaman Abdoh al-Janady.

Pihak koalisi partai-partai oposisi juga menyetujui proposal ini, tetapi dengan beberapa syarat. Mereka, antara lain, menolak bergabung dengan pemerintahan persatuan sebelum Saleh mengundurkan diri.

”Pihak oposisi menyambut baik inisiatif ini dengan pengecualian soal pembentukan pemerintahan persatuan nasional,” ucap Ketua Koalisi Tujuh Partai Oposisi Yassin Noman.

Kesepakatan ini langsung disambut gembira oleh Amerika Serikat, sekutu lama Presiden Saleh dalam memerangi Al Qaeda di Semenanjung Arab. ”Kami menyambut baik kabar dari Pemerintah Yaman dan pihak oposisi bahwa mereka telah menerima perjanjian yang difasilitasi GCC untuk menyelesaikan krisis politik secara damai dan tertib,” tutur juru bicara Gedung Putih, Jay Carney.

Meski demikian, Mohammed al-Sabri, tokoh oposisi lain, mengingatkan bahwa persetujuan di tingkat partai ini tidak akan menjamin aksi demonstrasi rakyat segera berakhir. ”Kami tidak mewakili semua orang (yang berdemonstrasi) di jalanan. Kami hanya mewakili partai-partai politik,” katanya.

Menolak kesepakatan

Para demonstran, yang sudah menggelar aksi menuntut mundurnya Saleh sejak akhir Januari, tidak begitu saja menerima negosiasi. Ribuan demonstran yang berkemah di Alun-alun Universitas Sana’a (yang mereka beri nama Alun-alun Perubahan) kembali menggelar aksi besar-besaran selepas Sabtu tengah malam untuk memprotes kesepakatan itu.

”Inisiatif GCC tersebut memandang masalah ini seolah-olah hanya krisis politik antara dua partai. Kami turun ke jalan dalam sebuah revolusi untuk menuntut perubahan menyeluruh. Kami bersepakat untuk menolak kesepakatan ini,” tutur Abdulmalik al-Yusufi, salah satu aktivis dan tokoh demonstran.

Ahmed al-Wafi, aktivis di Taez, kota terbesar kedua di Yaman, memandang kesepakatan tersebut hanya merupakan usaha kubu Saleh mengulur-ulur waktu. ”Kaum muda hanya akan menerima pengunduran diri Saleh sesegera mungkin. Mereka tidak tertarik dengan negosiasi apa pun,” tutur al-Wafi, yang mendesak pihak oposisi di parlemen harus mengikuti sikap para demonstran ini.

Lebih dari 130 orang tewas dalam berbagai bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan atau kubu pendukung Saleh selama tiga bulan aksi massa melanda Yaman. Berbagai tawaran dari Saleh, seperti janji tak akan mencalonkan diri atau anaknya dalam pemilihan presiden tahun 2013, tidak digubris oleh rakyat yang terus berdemonstrasi.

Belakangan aksi demonstrasi berkembang menjadi aksi mogok massal. Sekolah, kantor pemerintah, dan kantor swasta tutup sebagai reaksi atas seruan mogok ini.

Beberapa pembantu terdekat Saleh, ulama berpengaruh, dan petinggi militer pun membelot serta memberikan dukungan pada aksi revolusi rakyat. Ribuan demonstran juga bertahan menduduki alun-alun di kota-kota utama lima provinsi di Yaman.

Saleh menanggapi aksi ini dengan menuduh pihak oposisi sengaja menyeret Yaman ke dalam perang saudara. ”Mereka ingin menyeret kawasan ini dalam perang saudara, dan kami menolak terseret ke dalam perang itu. Keamanan, keselamatan, dan stabilitas tidak saja menjadi kepentingan Yaman, tetapi juga kepentingan kawasan,” kata Saleh.

(Reuters/AFP/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com