Jakarta, kompas
Dua kapal perang itu membawa 401 personel pasukan khusus gabungan dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan Kopassus TNI Angkatan Darat. Selain mengirim kapal, pemerintah juga mengirim personel Badan Intelijen Negara ke Nairobi, Kenya, untuk mengumpulkan informasi.
Akan tetapi, dengan posisi Kapal Sinar Kudus yang berada di dekat markas pembajak di tepi pantai, risikonya sangat tinggi bagi keselamatan para sandera jika dilakukan penyerbuan.
”Banyak pendapat, pemerintah tidak melakukan apa-apa, lemah, tidak mencari opsi keras menghadapi pembajakan ini. Padahal, opsi militer keras pun jadi pilihan,” kata Djoko.
Djoko memaparkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah empat kali memimpin rapat koordinasi dalam menangani kasus pembajakan ini. ”Tanggal 17 Maret sore dapat informasi, tanggal 18 rapat. Arahan utamanya, selamatkan awak kapal. Kemudian, rapat lagi tanggal 20, tanggal 22 Maret finalisasi,” ujarnya.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menambahkan, setelah mendapat arahan pada
Tanggal 23 Maret dua fregat berangkat. ”Kami harapkan bisa bertemu di laut, sampai di posisi tanggal 5 April. Tetapi, kapal Sinar Kudus sudah di pantai, di antara delapan kapal lain yang dibajak,” ungkap Agus.
Djoko menegaskan, prioritas utama pemerintah tetap keselamatan para sandera sehingga tidak mau gegabah melakukan operasi penyelamatan.