Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Denyut Berlin Setelah Tembok Runtuh

Kompas.com - 04/04/2011, 12:11 WIB

Oleh: Indira Permanasari

KOMPAS.com — Cerita tembok Berlin adalah milik warganya, juga banyak orang di berbagai negara yang membaca, mendengar, atau menonton kisah tentang orang-orang yang terbelenggu tembok itu. Juga dalam ingatan saya.

Tembok Berlin adalah kisah keluarga yang terpisah dan orang-orang yang berusaha menyeberang meski bertaruh nyawa. Tembok itu didirikan memang untuk mencegah orang Berlin timur pindah ke barat. Keruntuhannya pada 9 November 1989 menjadi pertanda runtuhnya partisi ideologi yang pernah membagi dunia.

Februari silam, saya berdiri terpaku di ujung tembok yang memanjang sekitar 2 kilometer di depan Stasiun Kereta Ostbahnhof. Dahulu, Ostbahnhof merupakan stasiun terbesar di Berlin timur. Udara musim dingin menggigit kulit. Untuk mengusir rasa dingin, saya bergegas menelusuri tembok itu.

Semakin tampak jelaslah lukisan yang memenuhi sisi dinding yang disebut ”east side galery”. Lukisan-lukisan yang selesai dikerjakan pada 2009 itu menimpa coretan-coretan lama. Mulai dari lukisan abstrak matahari terbelenggu rantai hingga tulisan-tulisan seperti politik... ist die fortsetzung des krieges mit anderen mitteln atau ”politik merupakan kelanjutan perang dengan cara lain”.

Pikiran saya terbang menghampiri Regina Koeher, wartawati lokal yang hidup di Berlin timur. ”Sulit bagi saya menggambarkan perasaan saat tembok itu runtuh. Saya hanya ingat rasanya begitu bebas, lepas dari kurungan,” ujar Regina.

Selain tembok, sisa pemisahan terlihat dari berbagai bangunan kembar. Setelah tembok runtuh, tinggallah bangunan-bangunan dengan fungsi serupa di kedua sisi Berlin. Ada dua bandara, dua perpustakaan nasional, dua kebun binatang, dan dua gedung musik.

Denyut Berlin

Lebih dari 20 tahun berlalu sejak runtuhnya tembok. Wajah Berlin pun berubah drastis seiring dengan booming pembangunan infrastruktur. Salah satu kreasi baru terlihat di sekitar Postdamer Platz, seperti konstruksi Museum Yahudi oleh Daniel Libeskind dan Holocaust Memorial oleh Peter Eisenman. Holocaust Memorial terbuat dari 2.711 balok batu raksasa di lahan yang berkontur. Tempat favorit para turis berfoto ria.

Saya kemudian menyempatkan diri ke kompleks Postdamer Platz, terutama ke Sony Center, pada malam hari. Di tengah kompleks yang sebetulnya lokasi bisnis dan perkantoran itu terdapat karya arsitektur modern semacam area lapang dengan kolam dan kubah Sony Center di atasnya. Kubah seolah menjadi oase di tengah kepungan gedung perkantoran, bioskop, pusat perbelanjaan, stasiun, dan restoran. Malam hari merupakan saat yang tepat untuk mengunjungi tempat ini. Permainan air mancur, lampu, kubah, dan musik menghidupkan malam. Gratis.

Berlin boleh dikatakan ramah bagi tukang jalan dengan dana terbatas. Salah satu kenikmatan ialah kemudahan transportasi. Saya dapat berkeliling kota berbekal tiket seharga beberapa euro yang berlaku satu hari penuh. Ada begitu banyak mercu-tanda (landmark) yang bebas dinikmati, mulai dari sisa tembok, gerbang Bradenburg, gedung parlemen, taman, hingga Pulau Museum di pinggir Sungai Spree yang bening.

Kawasan Pulau Museum yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO tidak akan saya lewatkan. Terdapat sejumlah museum besar berisi artefak peradaban dunia, mulai dari Yunani hingga Mesir, serta berbagai karya seni. Di kompleks tersebut berdiri antara lain Museum Bode, Altes Museum, Alte Nationalgalerie, Pergamon Museum, dan Neues Museum.

Lalu, saya putuskan kembali ke masa lalu, Checkpoint Charlie, pos mirip gardu keamanan dengan tumpukan karung di sekitarnya dan bendera AS. Berdekatan dengan Checkpoint C, terdapat deretan toko oleh-oleh yang menjual cukilan-cukilan batu yang katanya bagian dari tembok Berlin, dikemas dalam kotak plastik bening. Saya mengangkut beberapa untuk jadi penyambung ingatan sejarah kelam tempat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com