Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuan Akhir Oposisi Terbelah

Kompas.com - 01/04/2011, 04:30 WIB

benghazi, kamis - Setiap hari ada ratusan pria mengalir ke pangkalan militer Benghazi, Libya timur. Mereka berlatih menggunakan senapan, roket peluncur, dan melontarkan granat. Tekad mereka bulat dilandasi rasa benci: Moammar Khadafy harus turun. Namun, tujuan akhir mereka terpecah belah.

Associated Press, Kamis (31/3), merilis kisah itu dengan latar belakang fakta di Benghazi, yang telah dikuasasi oposisi. Paling tidak ada dua hal alasan oposisi mengangkat senjata, yakni Khadafy harus diturunkan segera dan hanya dengan senjata ia diusir.

Lebih dari itu, visi mereka tentang Libya setelah kejatuhan Khadafy tampak berbeda tajam. Ada yang menginginkan demokrasi. Sebagian oposisi menginginkan jatah kekayaan minyak.

Yang lain, walaupun hanya sebagian kecil, melihat pembebasan Libya sebagai langkah awal pembentukan sebuah negara Islam regional. Visi terakhir ini untuk menakut-nakuti pasukan koalisi Barat (NATO) yang mengebom kekuatan militer Khadafy. Selain membenci Khadafy, mereka juga membenci Barat.

Berpendidikan Barat

Amerika Serikat telah mengulurkan tangan untuk kepemimpinan politik oposisi. Menlu Hillary Clinton bertemu anggota Dewan Nasional Transisi Sementara (PTNC), Selasa lalu di London. Mantan

Duta Besar AS di Tripoli Chris Stevens segera mengunjungi Benghazi. Presiden Barack Obama tidak mengesampingkan kemungkinan mempersenjatai pasukan oposisi.

Oposisi yang diwakili PTNC— dewan yang sebagian besar diisi elite Libya berpendidikan Barat— bersikeras menghendaki demokrasi liberal berlandaskan konstitusi. Mereka akan menggelar pemilu yang menjamin semua warga, tanpa kecuali, memilih secara bebas dan transparan.

Konstitusi yang akan disusun harus menjamin hak membentuk partai politik dan kebebasan berpendapat. PTNC ingin membangun negara sipil konstitusional yang menjamin kebebasan beragama, mengembangkan sikap toleransi, menolak radikalisme dan semua bentuk kekerasan.

Opini warga

Seperti elite oposisi, warga juga mengungkap alasan mereka membenci Khadafy. Ashraf Mohammed (31), birokrat Libya, telah melihat begitu banyak orang disiksa rezim Khadafy. ”Tujuannya demokrasi, alih kekuasaan, dan konstitusi (baru). Kekuasaan bukan hanya berada di tangan satu keluarga,” katanya.

Abdel-Salam Riyagi (23) ikut berperang karena menginginkan masyarakat berbasis Al Quran. ”Kami tidak ingin kebebasan beragama. Kami ingin kebebasan menjalankan agama kami, tetapi bukan kebebasan bagi Yahudi dan Kristen,” katanya.

Mahdi Abu Bakir (35) bercita-cita penyatuan bangsa Arab. ”Kami ingin mengusir setan pencuri (Khadafy), lalu menyatukan bangsa Arab di bawah moto: Tiada Tuhan selain Allah,” katanya.

(AP/AFP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com