Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapi Baru Tangani Dampak Radiasi

Kompas.com - 29/03/2011, 10:45 WIB

KOMPAS.com - Dampak buruk akibat radiasi telah menghantui manusia sejak bom atom dijadikan sebagai senjata pemusnah massal. Ketakutan akan radiasi juga timbul saat terjadinya musibah pada reaktor nuklir Chernobyl beberapa waktu lalu. Dan kini, dampak fatal radiasi mengancam para pekerja yang tengah memperbaiki PLTN Fukushima pascabencana gempa dan tsunami dahsyat.

Menurut ahli kesehatan di Amerika Serikat, kematian akibat paparan radiasi tingkat tinggi sebenarnya dapat dicegah melalui pengobatan atau terapi berbasis sel punca atau sel induk.

Saat ini, telah dikembangkan sejenis terapi yang dikenal dengan nama CLT-008. Terapi ini menggunakan sel prekursor -- atau sel awal-- yang diambil dari sel induk dewasa yang dapat berkembang menjadi platelet, sel darah merah, dan sel darah putih. Sel darah putih dikenal sebagai bagian dari sistem pertahanan tubuh untuk mencegah infeksi bakteri dan jamur.

Infeksi sering terjadi pada korban-korban paparan radiasi karena radiasi merusak sumsum tulang yang menghasilkan sel darah putih.

Menurut Ram Mandalam, presiden sekaligus CEO Cellerant Therapeutics, CLT-008 itu dapat dilakukan beberapa hari setelah seorang terpapar radiasi level bahaya.

"Bisa diberikan tiga hingga lima hari setelah paparan dan selamat," kata Mandalam.

Ia menambahkan, "Terapi ini penting untuk kasus di Jepang, ketika orang tidak tahu level radiasi setelah terpapar 24 hingga 48 jam kemudian."

Sekitar 50 hingga 100 pekerja di Jepang berisiko terkena radiasi saat mencegah meledaknya reaktor nuklir di Fukushima. Para pekerja sudah meminimalkan efek radiasi dengan cara menggunakan pakaian pelindung dari radiasi.

Pada percobaan dengan binatang, CLT-008 dapat memberikan perlindungan beberapa hari setelah terpapar radiasi. Apabila berjalan lancar, Mandalam berharap dapat memperoleh data yang cukup agar terapi ini disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) dalam waktu 5 tahun lagi. (Alex Pangestu/LiveScience)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com