Perbedaan pendapat di antara dua serangkai penguasa Rusia itu nyaris tak pernah terlihat. Perselisihan hari Senin itu mengejutkan para pengamat karena meningkat dalam beberapa jam saja.
”Presiden Dmitry Medvedev, setelah menyepakati pengeboman Libya, menemukan dia sedang menghadapi lawan yang berpengaruh, yakni Perdana Menteri Vladimir Putin,” demikian komentar harian Vedomosti.
”Perpecahan Dua Serangkai”, demikian judul berita di koran online gazeta.ru.
Putin mengatakan kepada para pekerja di sebuah pabrik rudal bahwa komentar-komentar itu merupakan pendapat ”pribadi”. Namun, analis politik pro-Kremlin, Gleb Pavlovsky, mengatakan, Putin telah membuat sebuah kesalahan politik.
”Jawaban tajam Medvedev perlu dimengerti sebagai pengingat soal perlunya mempertahankan kesetiaan dua serangkai, yang tak bisa melakukan kampanye pemilu secara bersaing,” katanya kepada kantor berita Interfax.
Dia mengatakan, ini tidak saja menguntungkan bagi lawan Medvedev, tetapi juga menguntungkan bagi lawan Putin. Ini kesempatan bagi setiap orang yang ingin memecah dua serangkai itu dan mendestabilisasi keadaan.
Medvedev sejak lama memperjuangkan pengkajian kembali hubungan dengan AS dan telah mempunyai hubungan dekat dengan Presiden AS Barack Obama. Hal ini tidak membuat Putin terkesan.
Secara kebetulan, perselisihan terbaru itu terjadi di tengah kunjungan ke Rusia oleh Menteri Pertahanan AS Robert Gates, yang menemui Medvedev hari Selasa. Putin dan Medvedev sejak lama mengatakan akan memutuskan bersama siapa dari mereka yang akan maju sebagai calon presiden berikutnya. Perselisihan itu meningkatkan kemungkinan bahwa Medvedev tidak akan menyingkir.(AFP/Reuters/DI)