Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Medvedev-Putin Pecah soal Libya

Kompas.com - 23/03/2011, 04:29 WIB

Moskwa, Selasa - Rusia menghadapi sebuah situasi baru. Ada pergeseran politik setelah Presiden Dmitry Medvedev untuk pertama kali terlihat retak dengan Perdana Menteri Vladimir Putin. Medvedev mengecam komentar PM itu mengenai konflik Libya.

Perselisihan tersebut memecah tiga tahun hubungan harmonis tanpa putus dua serangkai penguasa Rusia itu. Medvedev mengecam komentar Putin yang membandingkan resolusi PBB sebagai ajakan perang salib.

Resolusi PBB ke Libya, yang muncul pekan lalu, berisikan pemberlakuan zona larangan terbang di angkasa Libya. Hal ini yang membuka Barat untuk menyerang Libya.

Putin, walau menjabat PM, dipandang sebagai orang paling berkuasa di Rusia. Putin berbicara kepada para pekerja di sebuah pabrik rudal bahwa resolusi PBB ”mirip imbauan Abad Pertengahan untuk perang salib”.

Putin mengatakan resolusi itu cacat. Hal itu juga merupakan wujud nyata dari sikap AS yang cenderung melakukan intervensi militer. Ini kontradiktif dengan keputusan Rusia, yang memilih abstain saat pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pekan lalu untuk menghasilkan resolusi itu.

Para analis mengatakan, komentar Medvedev itu menandai awal kampanye pemilu presiden Rusia 2012. Banyak orang memperkirakan Putin akan berusaha kembali ke Kremlin walau sudah pernah dua kali menjabat presiden sebelum Medvedev berkuasa tahun 2008.

Medvedev lewat televisi mengatakan, penggunaan kata-kata seperti ”perang salib”—ekspedisi bala tentara pada Abad Pertengahan untuk mengakhiri kekuasaan Muslim atas Israel—tidak bisa diterima. ”Bagaimanapun, tidak bisa diterima penggunaan ungkapan yang intinya menyebabkan bentrokan peradaban, seperti ’perang salib’ dan sebagainya,” kata Medvedev, Senin (21/3) di Moskwa.

”Sebaliknya, semua bisa menjadi lebih buruk dibandingkan dengan apa yang terjadi sekarang. Setiap orang harus mengingat itu,” katanya.

Komentar paling tajam

Medvedev tidak menyebut secara jelas nama Putin saat dia berbicara soal itu. Namun, ini merupakan komentar sekaligus kritiknya yang paling tajam atas mentornya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang adanya perselisihan di antara kedua pemimpin itu menjelang pemilu presiden.

Perbedaan pendapat di antara dua serangkai penguasa Rusia itu nyaris tak pernah terlihat. Perselisihan hari Senin itu mengejutkan para pengamat karena meningkat dalam beberapa jam saja.

”Presiden Dmitry Medvedev, setelah menyepakati pengeboman Libya, menemukan dia sedang menghadapi lawan yang berpengaruh, yakni Perdana Menteri Vladimir Putin,” demikian komentar harian Vedomosti.

”Perpecahan Dua Serangkai”, demikian judul berita di koran online gazeta.ru.

Putin mengatakan kepada para pekerja di sebuah pabrik rudal bahwa komentar-komentar itu merupakan pendapat ”pribadi”. Namun, analis politik pro-Kremlin, Gleb Pavlovsky, mengatakan, Putin telah membuat sebuah kesalahan politik.

”Jawaban tajam Medvedev perlu dimengerti sebagai pengingat soal perlunya mempertahankan kesetiaan dua serangkai, yang tak bisa melakukan kampanye pemilu secara bersaing,” katanya kepada kantor berita Interfax.

Dia mengatakan, ini tidak saja menguntungkan bagi lawan Medvedev, tetapi juga menguntungkan bagi lawan Putin. Ini kesempatan bagi setiap orang yang ingin memecah dua serangkai itu dan mendestabilisasi keadaan.

Medvedev sejak lama memperjuangkan pengkajian kembali hubungan dengan AS dan telah mempunyai hubungan dekat dengan Presiden AS Barack Obama. Hal ini tidak membuat Putin terkesan.

Secara kebetulan, perselisihan terbaru itu terjadi di tengah kunjungan ke Rusia oleh Menteri Pertahanan AS Robert Gates, yang menemui Medvedev hari Selasa. Putin dan Medvedev sejak lama mengatakan akan memutuskan bersama siapa dari mereka yang akan maju sebagai calon presiden berikutnya. Perselisihan itu meningkatkan kemungkinan bahwa Medvedev tidak akan menyingkir.(AFP/Reuters/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com