Moskwa, Selasa
Perselisihan tersebut memecah tiga tahun hubungan harmonis tanpa putus dua serangkai penguasa Rusia itu. Medvedev mengecam komentar Putin yang membandingkan resolusi PBB sebagai ajakan perang salib.
Resolusi PBB ke Libya, yang muncul pekan lalu, berisikan pemberlakuan zona larangan terbang di angkasa Libya. Hal ini yang membuka Barat untuk menyerang Libya.
Putin, walau menjabat PM, dipandang sebagai orang paling berkuasa di Rusia. Putin berbicara kepada para pekerja di sebuah pabrik rudal bahwa resolusi PBB ”mirip imbauan Abad Pertengahan untuk perang salib”.
Putin mengatakan resolusi itu cacat. Hal itu juga merupakan wujud nyata dari sikap AS yang cenderung melakukan intervensi militer. Ini kontradiktif dengan keputusan Rusia, yang memilih abstain saat pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pekan lalu untuk menghasilkan resolusi itu.
Para analis mengatakan, komentar Medvedev itu menandai awal kampanye pemilu presiden Rusia 2012. Banyak orang memperkirakan Putin akan berusaha kembali ke Kremlin walau sudah pernah dua kali menjabat presiden sebelum Medvedev berkuasa tahun 2008.
Medvedev lewat televisi mengatakan, penggunaan kata-kata seperti ”perang salib”—ekspedisi bala tentara pada Abad Pertengahan untuk mengakhiri kekuasaan Muslim atas Israel—tidak bisa diterima. ”Bagaimanapun, tidak bisa diterima penggunaan ungkapan yang intinya menyebabkan bentrokan peradaban, seperti ’perang salib’ dan sebagainya,” kata Medvedev, Senin (21/3) di Moskwa.
”Sebaliknya, semua bisa menjadi lebih buruk dibandingkan dengan apa yang terjadi sekarang. Setiap orang harus mengingat itu,” katanya.
Medvedev tidak menyebut secara jelas nama Putin saat dia berbicara soal itu. Namun, ini merupakan komentar sekaligus kritiknya yang paling tajam atas mentornya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang adanya perselisihan di antara kedua pemimpin itu menjelang pemilu presiden.