Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cukupkah Permintaan Maaf Kedubes AS?

Kompas.com - 12/03/2011, 02:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa bertanya kepada para jurnalis Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (11/3/2011), terkait permintaan maaf Kedutaan Besar AS atas pengiriman informasi mentah terkait pemerintahan Indonesia ke Washington DC.

"Apakah cukup dengan permintaan maaf? Saya hanya menyampaikan pernyataan kepada Anda semua. Bagaimana perasaan Anda?" ungkap Marty ketika ditanya soal permintaan maaf yang disampaikan Kedubes AS.

Marty sendiri enggan memberikan jawaban lugas ketika ditanya kembali oleh para wartawan, apakah dirinya menganggap permintaan maaf tersebut cukup. Marty mengatakan, Pemerintah Indonesia meminta jaminan kepada Kedubes AS agar kejadian serupa tak terulang lagi di masa mendatang.

"Sesuatu yang mereka dengar dari ngobrol-ngobrol, dan digambarkan sebagai suatu kebenaran. Itu tidak bisa kita terima. Sangat-sangat ceroboh," katanya.

Lantas, apa tanggapan Marty soal sikap Pemerintah AS yang menyatakan tidak membenarkan dan tidak membantah isi kawat diplomatik tersebut? "Memang itu standar pernyataan Pemerintah AS. Tidak mengonfirmasi atau membantah. Itu standar AS karena mereka selalu menyatakan tidak bisa mengonfirmasi informasi yang konon bersumber dari dokumen rahasia. Itu sudah posisi dasar mereka," katanya.

Kecewa dengan media Australia

Pada kesempatan tersebut, Marty juga mengutarakan kekecewaannya atas ketidakprofesionalan The Age dan Sydney Morning Herald. Marty mengatakan, kedua media terkemuka di Australia tersebut seharusnya melakukan konfirmasi kepada Pemerintah Indonesia sebelum menayangkan berita.

"Kita sangat prihatin, Australia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi demokrasi, profesionalisme. Mengapa media massanya bisa terjebak dalam suatu situasi di mana memberitakan sesuatu tanpa memberikan kesempatan kepada pihak yang dirugikan untuk menyampaikan pandangannya. Anda semua dari media massa. Saya yakin, dalam bekerja, Anda melakukan konsep cek dan ricek, mencari informasi dari semua pihak. Itu sudah naluri bagi Anda semua, tapi di Australia belum demikian," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com