Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak, Suku, dan Uang Pendukungnya

Kompas.com - 05/03/2011, 04:52 WIB

KOMPAS.com — Moammar Khadafy, penguasa lalim yang paling lama bertahan di muka bumi ini. Ternyata, pemimpin Libya tersebut memiliki tiga pilar pendukung. Makanya, sebagaimana warta AP dan AFP pada Jumat (4/3/2011), ia masih terlihat mampu bertahan. Tak hanya itu, Khadafy juga menunjukkan tanda-tanda menyerang balik lawannya.

Sedikit catatan dari pihak Amerika Serikat menunjukkan, pola mempertahankan kekuasaan ala Khadafy nyatanya tak jauh berbeda dengan para penguasa Timur Tengah lainnya. Keluarga menjadi penyokong terpenting. Ini melingkupi pilar-pilar tadi.

Khamis

Adalah sosok bernama Khamis yang disebut-sebut pihak AS menjadi ujung tombak pelindung Khadafy. Khamis adalah anak kelima Khadafy yang memimpin satuan elite khusus bernama Brigade 32. Menurut bisik-bisik rakyat Libya, pasukan bergaji di atas rata-rata tentara reguler itu juga dikenal dengan nama Brigade Khamis, sesuai nama pemimpinnya itu.

Kabarnya, anggota pasukan ini dilatih Rusia. Unit yang terdiri dari beberapa ribu anggota ini memiliki tank-tank buatan Rusia dan peluncur roket. Andai saja peralatan tempur itu ditempatkan di bagian belakang kendaraan, peranti-peranti itu bisa menjadi senjata penghancur efektif yang bisa membumihanguskan kawasan seluas lapangan bola dalam waktu singkat. Banyak yang percaya, kekuatan Khadafy akan rontok asalkan banyak anggota dari unit elite ini membelot.

Sementara itu, Organisasi Keamanan Rakyat dan Korps Penjaga Revolusi yang total anggotanya mencapai 3.000 orang adalah pendukung Khadafy pula. Kelompok ini pun memiliki beberapa jenis senjata.

Yang tak bisa dimungkiri juga adalah keberadaan pasukan pengamanan internal. Kelompok ini kira-kira berfungsi sama seperti polisi rahasia sebagaimana pada masa komunisme mencengkeram Eropa Timur pada 1980-an.

Pentolan di belakang pasukan pengamanan internal ini adalah Brigadir Jenderal Abdullah Sanusi. Sosok yang juga saudara tiri Khadafy ini diduga menjadi aktor di balik penumpasan aksi-aksi antipemerintah di Benghazi dan kota-kota lain di timur.

Tokoh lain adalah Kolonel Mutassim. Ia adalah anak Khadafy yang diangkat menjadi Ketua Dewan Keamanan Nasional pada 2009. Posisi ini adalah rehabilitasi bagi Mutassim. Soalnya, 10 tahun lalu ia berseteru dengan sang ayah.

Pihak AS juga menyebut anak-anak Khadafy lainnya, Saadi dan Hanibal. Saadi mendapat tugas meredam aksi-aksi penentang pemerintah di Benghazi. Sementara itu, Hanibal sejatinya cuma tentara biasa di militer Libya. Makanya, catatan terhadap Hanibal cenderung nihil. Beberapa pengawal Hanibal terlibat perkelahian dengan polisi Swiss di Geneva beberapa waktu lalu.

Loyal

Masih ada suku yang berdiri di belakang Khadafy. Namanya Qadhaththa. Khadafy berasal dari suku ini. Selama 41 tahun berkuasa sejak 1969, tokoh-tokoh suku ini loyal. Pasalnya, mereka menempati posisi-posisi penting di dalam rezim. Walau begitu, kini, kesetiaan anggota suku memang tidak kokoh sebagaimana zaman dahulu.

Kesetiaan pada uang juga menjadi alasan pendukung Khadafy yang satu ini. Mereka adalah tentara bayaran dari Chad dan Nigeria.

Menurut warga Libya, tentara bayaran inilah yang menembaki kerumunan warga dari atap-atap gedung. Muncul dugaan, tentara bayaran dikerahkan setelah perintah menembak para demonstran ditolak tentara reguler.

Info lain menunjukkan, warga Nigeria di Libya sempat mengatakan kalau warga Afrika dari kawasan Sub-Sahara ini dikumpulkan dan dipaksa untuk bergabung dengan tentara Khadafy. Kalau mereka menentang, nyawalah taruhannya. Namun, tiada catatan soal jumlah pemburu uang ini. Imigran Afrika di Libya jumlahnya 5.000-an orang.
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com