Peringatan keras Khadafy itu disampaikan ketika ia berbicara melalui stasiun televisi pemerintah, Rabu. Berbicara langsung di televisi negara, Khadafy lagi-lagi menyalahkan Al Qaeda sebagai otak di balik konflik politik yang telah menyulut perang saudara.
Khadafy tetap tak akan mundur, meski kaum oposisi sedang gencar berperang melawan pasukan pemerintah, untuk mempertahankan kekuasaan tangan besi yang telah dia kuasai selama 41 tahun 5 bulan itu. Ia juga menolak tekanan Barat, termasuk AS, untuk mundur.
Kolonel Khadafy menuding kekuatan asing (Barat) dan Al Qaeda berusaha menguasai negeri Libya yang kaya minyak. Mengingat ”rakyat Libya mencintai dan masih setia” kepadanya, ia tak akan berhenti berjuang sampai tetes darah terakhir, sampai ”pria dan wanita terakhir”.
Khadafy mendesak komunitas internasional untuk membentuk komisi penyelidikan atas kematian lebih dari 1.000 orang dalam kerusuhan yang dituding telah dilakukan oleh pasukannya.
”Kami mendesak dunia, PBB, untuk menyelidiki korban tewas, untuk mengirim tim pencari fakta dan menyelidiki hal itu,” kata Khadafy.
Negara-negara Barat terus menekan Khadafy. Salah satu bentuk tekanan atas rezim Khadafy adalah pengerahan kapal perang dan pesawat tempur AS lebih dekat ke Libya. Negara-negara Barat sebelumnya menerapkan larangan bepergian bagi Khadafy, embargo senjata, serta pembekuan aset pribadi, keluarga, dan kroni orang kuat Libya itu.
Barat dan AS berencana menerapkan zona larangan terbang di atas Libya. Menurut Perdana Menteri Inggris David Cameron, Inggris akan bekerja sama dengan sekutunya membahas ”zona larangan terbang”. Jenderal James Mattis, Komandan Komando Sentral AS, di depan Senat mengatakan, zona larangan terbang akan menjadi opsi militer.
Para komandan militer AS tengah mempersiapkan serangkaian opsi bagi Presiden Barack Obama dan akan berkoordinasi dengan Eropa. Kemungkinan intervensi militer tetap belum jelas. ”Presiden belum membuat keputusan tentang penggunaan militer,” kata pejabat AS.