Amnesti Internasional telah memperingatkan, Uganda dapat dilanda kerusuhan pascapemilu seperti yang terjadi di Pantai Gading dan Kenya jika kandidat yang berseteru tidak menurunkan tensi ketegangan dan tak mengubah mental ”pemenang memperoleh semuanya”.
Uganda, produsen kopi terbesar di Afrika, belum lama ini menemukan deposit minyak dan gas yang dapat dieksploitasi secara komersial. Karena itu, siapa pun pemenang pemilu diharapkan membawa negeri ini bergabung dengan negara produsen minyak lain di Afrika.
Meski Museveni sangat diunggulkan untuk menang, dukungan terhadapnya terus turun. Dalam tiga pemilu, perolehan suaranya turun dari 75 persen tahun 1996 menjadi 69 persen pada 2001 dan 58 persen pada 2006.
Sebaliknya, popularitas kubu oposisi meningkat. Tahun 2006 Besigye berhasil meraih 37 persen suara, naik dari 27 persen pada 2001.
Meski catatan pemerintahannya tidak terlalu demokratis, Museveni dapat bertahan lama karena kebijakannya yang dinilai pro-Barat. Museveni selalu menyebut diri sebagai pemimpin Pan-Afrika, tetapi strategi militernya disesuaikan dengan kepentingan negara-negara Barat.
Uganda adalah pendukung kuat Sudan selatan yang mayoritas Kristen untuk melepaskan diri dari Sudan yang didominasi Muslim. Museveni juga dipuji Barat karena mendukung Pemerintah Somalia yang lemah dari serangan kelompok Islam Al-Shebab.