Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Quo Vadis "Ibu Dunia"?

Kompas.com - 14/02/2011, 07:34 WIB

Memang sempat ada kekhawatiran, militer akan kembali mengkhianati rakyat. Tapi, itu tak akan dilakukan. Sebab, pengkhianatan hanya akan melahirkan pemberontakan lebih dahsyat dan bisa membawa Mesir ke dalam chaos lebih parah. Dan, militer cukup tahu diri.

Sekjen Partai Tagammu yang beraliran kiri, Rifaat Said mengatakan, "Memang ada kekhawatiran, tapi saya kira militer tahu bagaimana bertindak dengan benar."

Militer juga langsung merespons tuntutan rakyat. Minggu (13/2/2011), mereka membubarkan parlemen dan membekukan undang-undang. Ini langkah maju menuju transisi yang lebih baik.

Arus besar sudah jelas menginginkan Mesir menjadi negara demokratis, adil, dan independen. Setidaknya babak baru Mesir memang telah dimulai.

Hanya, rakyat Mesir tak boleh lupa dan lengah. Mereka harus mengawal revolusi Mesir sampai batas tak terhingga dari sepak terjang segala kepentingan yang tak sejalan dengan cita-cita revolusi.

Indonesia menjadi contoh menarik. Reformasi 1998 kemudian seolah kurang pengawalan ketat dari kekuatan-kekuatan rakyat. Dalam 12 tahun perjalanannya, ternyata masih banyak hal yang tak memuaskan. Beberapa agenda reformasi berjalan lamban. Korupsi masih menggejala, ketegasan hukum masih lemah, rasa aman rakyat menipis, pemerataan ekonomi lamban. Bahkan, orang-orang dan kader-kader lama yang identik dengan rezim lama masih banyak bermain dengan berubah wajah dan penampilan, meski membawa kepentingan lama.

Mesir kini memang telah terlahir kembali. Namun, sang "Ibu Dunia" ini masih tetap harus dirawat pertumbuhan dan perkembangannya, agar menjadi dewasa seperti kehendak rakyat.

Quo vadis, Mesir? Hanya rakyat Mesir yang bisa menentukan arahnya. (Hery Prasetyo dari Berbagai Sumber)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Terpopuler

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com