Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Quo Vadis "Ibu Dunia"?

Kompas.com - 14/02/2011, 07:34 WIB

Mesir bangga menyebut negerinya sebagai "Ibu Dunia". Mereka memiliki kebudayaan tertua. Dan, sang "Ibu Dunia" itu kini telah lahir kembali. Sebagai negeri yang terlahir kembali, dia masih "kecil" atau muda dan banyak yang penasaran akan menjadi apa Mesir dewasa nanti.

Ada kekhawatiran Mesir hanya akan berubah pemimpin, tapi akan kembali dikuasai diktator baru dengan wajah baru. Atau, setidaknya dikuasai kediktatoran baru dengan wajah dan gaya baru. Kekhawatiran ini disampaikan Brian Katulis, ahli Timur Tengah dari Center for American Progress di Washington yang juga penasihat Gedung Putih.

"Yang berpengaruh di Mesir sejak 1952 adalah orang-orang yang sama, kader-kader yang sama dari elite militer," ujarnya.

Namun, menurut tokoh Ikhwanul Muslimin yang berada di London, Kamel el-Helbawy, 80 juta penduduk Mesir ingin membangun negara baru sesuai dengan aspirasi mereka, tak peduli dengan kekuatan asing. Mereka juga lebih bersatu dalam satu tujuan, tak peduli Islam atau sekuler, yaitu membangun negara demokratis yang adil dan menghormati hak asasi manusia.

"Kediktatoran sudah menjadi masa lalu. Kami tak akan mentoleransi orang keras kepala seperti dia (Muabrak, Red) lagi," katanya.

Ya, jutaan rakyat Mesir yang turun ke jalan selama 18 hari untuk menumbangkan Mubarak memiliki satu kekuatan yang sama, yakni merindukan negara demokratis. Tokoh Ikhwanul Muslimin lain, Essam Erian, membenarkan hal itu, "Kami bersatu dalam satu tujuan, menggulingkan diktator dan membangun negara baru, yakni negara demokratis. Bola sekarang di tangan militer yang berjanji akan mengantar ke arah sana. Kami optimistis."

Optimisme sama disampaikan peraih Nobel dan tokoh oposisi, Mohamed Elbaradei, "Kami sedang menunggu bekerja sama dengan militer untuk menyiapkan pemilihan yang bebas dan jujur."

Sedangkan Ketua Partai Ghad, Ayman Nour mengatakan, "Kami sedang mengarah pada transisi yang akan membawa kami ke dalam negara sipil, negara bebas yang akan memenuhi tuntutan rakyat. Militer harus mengakomodasi arah ke sana. Saya yakin mereka tahu tugasnya."

Masa enam sampai setahun ke depan akan sangat menentukan. Militer harus mengakomodasi tuntutan rakyat dan zaman. Pendiri gerakan Kefaya, George Ishaq, juga menekankan hal itu.

"Kami butuh teknokrat untuk membentuk panitia perancang undang-undang baru, kemudian mengantar pemilihan parlemen dan presiden. Militer tahu situasi ini dan peran mereka hanya sementara," tegasnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com