Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jumat Marah", Gelora Revolusi di Yaman

Kompas.com - 12/02/2011, 02:18 WIB

ADEN, KOMPAS.com — Gerakan revolusioner terus menjalar di dunia Arab dan sebagian Afrika. Setelah keberhasilan di Tunisia dan Mesir, kini sebagian rakyat Yaman juga menggelorakan semangat pembangkangan sipil terhadap rezim Presiden Ali Abdullah Saleh.

Sekitar 3.000 orang turun ke jalan di Yaman selatan dalam demonstrasi "Jumat Marah" yang menuntut pemisahan wilayah itu dari Yaman Utara.

Namun, pasukan keamanan dalam jumlah besar segera memadamkan protes itu. Protes berlangsung pada masa tenang setelah gelombang pawai anti-pemerintah di Yaman dalam dua pekan ini, yang diilhami oleh pemberontakan terhadap pemerintah di Tunisia dan Mesir.

"Revolusi, revolusi bagi selatan," teriak pemrotes di kota-kota yang dilanda pergolakan, Aden, Dalea dan Zinjibar. Para ahli Yaman mengatakan, bahaya nyata bagi kekuasaan tiga dasawarsa Presiden Ali Abdullah Saleh, sekutu utama AS dalam perang melawan teror, adalah jika pemrotes dari oposisi politiknya bergabung dengan kelompok pemberontak seperti separatis di selatan dan gerilyawan Syiah di utara.

Meski kecil dibanding dengan protes oposisi politik Yaman yang diikuti puluhan ribu orang, demonstrasi Jumat di selatan itu merupakan yang pertama dilakukan oleh separatis sejak protes massal di Mesir dan Tunisia mengguncang dunia Arab.

Saleh, yang mengamati kerusuhan yang meluas di dunia Arab, pekan lalu, mengisyaratkan bahwa ia akan berhenti setelah masa tugasnya berakhir pada 2013. Ia sebelumnya memangkas pajak dan menjanjikan kenaikan gaji bagi pegawai negeri dan tentara.

Diilhami oleh pemberontakan yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari dan protes anti-pemerintah di Mesir, demonstran Yaman juga menuntut pengunduran diri Saleh dalam beberapa hari terakhir ini.

Yaman hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990.

Wilayah selatan memiliki sebagian besar minyak Yaman. Orang selatan mengatakan, orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan. Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstremisme di Yaman, termasuk kegiatan AQAP.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com