Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Pengacara Buta

Kompas.com - 11/02/2011, 07:31 WIB

Dia menuturkan, berbagai hal telah diperintahkan pemerintah pusat, yakni pengerahan tim beranggotakan 22 orang yang ditugasi mengawasi rumahnya sepanjang waktu.

Perintah lain adalah pemasangan alat-alat di rumah-rumah tetangga untuk menghambat sinyal telepon. Larangan meninggalkan rumah juga diberlakukan, termasuk bagi ibunya yang berusia 76 tahun, yang boleh keluar hanya untuk membeli makanan.

”Saya telah keluar dari sebuah penjara yang kecil dan beralih ke sebuah penjara lebih besar,” kata Chen. ”Tak seorang pun diizinkan memasuki rumah saya. Kalau ada penduduk desa yang mencoba membantu kami, mereka akan disebut sebagai kaki tangan atau pengkhianat nasional atau kontrarevolusioner.”

Video itu diawali dengan tayangan tentang seorang pria yang identitasnya tak disebutkan. Pria itu terlihat sedang mengintip celah tumpukan batang jagung yang diletakkan keluarga itu di dekat jendela untuk membatasi pengawasan.

Kemudian dalam video itu, istri Chen, Yuan Weijing, duduk di dekat sebuah rak buku dalam suasana gelap dan berbicara pelan-pelan soal kekhawatiran akan dua anak mereka yang masih kecil. Istrinya terlihat menangis. ”Saya tidak berani berbicara keras-keras,” katanya. Kadang-kadang terdengar seekor ayam berkokok.

Video itu juga memperlihatkan salah seorang anak bermain di halaman berdebu serta membuat kue-kue dari tanah dan menuntun Chen berjalan-jalan di dalam rumah.

China Aid menerima video itu pada Rabu dini hari dan memasangnya di YouTube. Chen mengatakan, rekaman video itu dibuat 10 pekan setelah pembebasannya dari penjara.

”Dia tahu mengeluarkan video ini adalah tindakan berisiko, tetapi dia sudah siap,” kata Bob Fu, pengurus organisasi HAM itu, dari Washington. ”Dia mengatakan seseorang harus berjuang untuk keadilan. Dia korban langsung. Satu hal yang membuat saya kagum adalah semangat dan keberaniannya, semangatnya untuk menentang rezimnya sendiri.”

Dalam video itu, Chen dan istrinya mengatakan, para pejabat keamanan berusaha mendesak keluarga untuk melakukan sesuatu agar aktivis itu tidak ditahan lagi. (AP/Reuters/AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com