Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Pengacara Buta

Kompas.com - 11/02/2011, 07:31 WIB

PADA musim gugur lalu, Chen Guangcheng, seorang aktivis yang buta dan berprofesi sebagai wartawan, dibebaskan dari penjara. Namun, para pendukung yang berkunjung ke sebuah desa di China timur tak bisa menemui Chen. Para pejabat dan preman yang membawa pentungan menghalangi mereka.

Namun, sebuah video tentang Chen, yang dibuat diam-diam, dapat diselundupkan dari rumahnya dan diberikan kepada sebuah kelompok HAM yang berbasis di AS. Video itu dikeluarkan hari Kamis (10/2) lewat internet. Kelompok HAM di AS itu mengatakan menerima video dari seorang ”teman di pemerintahan China” yang merasa prihatin atas perlakuan terhadap Chen dan keluarganya.

Testimoni Chen, seorang ”pembela HAM” paling terkemuka, memperlihatkan upaya keras Partai Komunis memantau dan membatasi pembangkang, bahkan setelah mereka dilepas dari penjara sekalipun.

Chen muncul dari sebuah desa di Provinsi Shandong. Kebutaan yang dia alami pada masa kanak-kanak tak menghalanginya belajar ilmu hukum. Hasilnya, dia memberikan advis hukum kepada warga terkait pencaplokan tanah dan pelanggaran lain yang dilakukan para pejabat pemerintah.

Chen mulai menarik perhatian publik pada tahun 2005. Ketika itu dia menuduh para pejabat di Shandong memaksakan aborsi kepada para wanita yang sudah mengalami kehamilan lanjut demi menegakkan peraturan di China, yang membatasi satu anak untuk satu pasangan di perkotaan dan dua anak di pedesaan.

Kegiatan Chen soal HAM membuatnya ditahan dan baru dibebaskan pada September 2010. Pada tahun 2006 sebuah putusan pengadilan menyatakan Chen terbukti bersalah karena merusak properti dan mengganggu lalu lintas. Sebuah aksi protes yang diprakarsai Chen menyebabkan kemacetan.

Chen dan keluarganya tetap mengatakan dakwaan-dakwaan itu dibuat-buat.

Video itu dikeluarkan organisasi China Aid dan dipasang di YouTube. Dalam rekaman itu Chen dan istri bertutur soal gangguan sejak pembebasan. Kasus Chen adalah salah satu dari beberapa yang disinggung Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton dalam sebuah pidato sebelum Presiden China Hu Jintao berkunjung ke Washington, AS, bulan lalu.

Video selama satu jam itu memberikan gambaran soal sistem pengamanan di sekitar rumah Chen yang tak bisa ditembus. Chen, seorang pengacara otodidak, terlihat berdiri di dalam rumah keluarga yang sederhana.

Dikawal 22 orang

Dia menuturkan, berbagai hal telah diperintahkan pemerintah pusat, yakni pengerahan tim beranggotakan 22 orang yang ditugasi mengawasi rumahnya sepanjang waktu.

Perintah lain adalah pemasangan alat-alat di rumah-rumah tetangga untuk menghambat sinyal telepon. Larangan meninggalkan rumah juga diberlakukan, termasuk bagi ibunya yang berusia 76 tahun, yang boleh keluar hanya untuk membeli makanan.

”Saya telah keluar dari sebuah penjara yang kecil dan beralih ke sebuah penjara lebih besar,” kata Chen. ”Tak seorang pun diizinkan memasuki rumah saya. Kalau ada penduduk desa yang mencoba membantu kami, mereka akan disebut sebagai kaki tangan atau pengkhianat nasional atau kontrarevolusioner.”

Video itu diawali dengan tayangan tentang seorang pria yang identitasnya tak disebutkan. Pria itu terlihat sedang mengintip celah tumpukan batang jagung yang diletakkan keluarga itu di dekat jendela untuk membatasi pengawasan.

Kemudian dalam video itu, istri Chen, Yuan Weijing, duduk di dekat sebuah rak buku dalam suasana gelap dan berbicara pelan-pelan soal kekhawatiran akan dua anak mereka yang masih kecil. Istrinya terlihat menangis. ”Saya tidak berani berbicara keras-keras,” katanya. Kadang-kadang terdengar seekor ayam berkokok.

Video itu juga memperlihatkan salah seorang anak bermain di halaman berdebu serta membuat kue-kue dari tanah dan menuntun Chen berjalan-jalan di dalam rumah.

China Aid menerima video itu pada Rabu dini hari dan memasangnya di YouTube. Chen mengatakan, rekaman video itu dibuat 10 pekan setelah pembebasannya dari penjara.

”Dia tahu mengeluarkan video ini adalah tindakan berisiko, tetapi dia sudah siap,” kata Bob Fu, pengurus organisasi HAM itu, dari Washington. ”Dia mengatakan seseorang harus berjuang untuk keadilan. Dia korban langsung. Satu hal yang membuat saya kagum adalah semangat dan keberaniannya, semangatnya untuk menentang rezimnya sendiri.”

Dalam video itu, Chen dan istrinya mengatakan, para pejabat keamanan berusaha mendesak keluarga untuk melakukan sesuatu agar aktivis itu tidak ditahan lagi. (AP/Reuters/AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com