KOMPAS.com — Inspirasi tumbangnya kekuasaan Pemerintah Tunisia di bawah Presiden Zine al-Abidine Ben Ali akhirnya menjalar ke Mesir. Menurut warta AP dan AFP, Selasa (25/1/2011), warga Mesir sudah mengambil ancang-ancang untuk sebuah unjuk rasa akbar. Perencana aksi menyebut aksi ini sebagai hari revolusi melawan penyiksaan, korupsi, dan pengangguran.
Namun, Pemerintah Mesir memperingatkan bahwa pengunjuk rasa bisa ditangkap polisi. Lalu, pemerintah mengancam akan mengerahkan demonstrasi tandingan.
Aksi yang menurut rencana akan digelar di Kairo itu digalang melalui situs jejaring sosial Facebook. Sekitar 80.000 pengguna Facebook menyatakan akan ikut serta dalam aksi itu. Tampaknya aksi ini ingin meniru aksi di Tunisia yang juga digalang melalui internet.
Kendati begitu, keraguan soal jumlah pengunjuk rasa yang benar-benar turun ke jalan masih terus memenuhi benak banyak kalangan di Negeri Piramid itu. Sebab, warga sadar pengunjuk rasa antipemerintah akan menghadapi perlakuan keras dari polisi. Boleh dibilang warga Mesir masih ngeper alias takut melawan polisi.
"Aparat keamanan akan melakukan semua upaya untuk melawan hukum dengan tegas," kata direktur keamanan pemerintah di Kairo, seolah membenarkan kekhawatiran warga.
Mesir memiliki masalah sosial dan politik yang lebih kurang sama dengan yang dihadapi Tunisia, seperti kenaikan harga pangan, tingginya tingkat pengangguran, dan korupsi. Namun, sejauh ini unjuk rasa antipemerintah hanya diikuti sedikit orang. Menurut perkiraan, revolusi politik seperti di Tunisia belum akan terjadi di Mesir.