”Kami tidak menyimpan dendam kepada Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan bom atom di Hiroshima, sekarang kami bersahabat. Kejadian itu sudah lama berlalu,” kata Kague yang masih berumur empat tahun saat tragedi itu terjadi.
Jawaban Kague barangkali sama dengan kebanyakan orang Jepang kalau ditanya tentang peristiwa yang menyebabkan sekitar 200.000 orang tewas di Hiroshima. Bom atom Hiroshima dan Nagasaki merupakan luka bangsa Jepang, tetapi sejak peristiwa itu Jepang bangkit sebagai raksasa ekonomi.
Kota Hiroshima, yang rata dengan tanah pada 6 Agustus 1945 akibat disapu bom atom, telah menjadi kota kelas dunia hanya dalam waktu 20 tahun sejak kehancurannya. Sekarang Hiroshima sejajar dengan kota-kota besar di Asia, lengkap dengan jaringan kereta api bawah tanah, pusat perbelanjaan bawah tanah, dan taman-taman yang cantik.
Meskipun peristiwa memilukan itu terjadi 65 tahun lalu, bangsa Jepang terus mengenangnya dari generasi ke generasi. Caranya dengan membangun Taman Peringatan Perdamaian yang luasnya puluhan hektar.
Taman tersebut terletak di jantung Kota Hiroshima yang disebut kawasan Nakajima-cho, tidak jauh dari titik tempat meledaknya bom atom yang diberi julukan ”Little Boy”. Di dalam kompleks taman, ada 66 situs yang sebagian besar adalah monumen untuk mengenang para korban bom atom dan beberapa gedung termasuk museum.
Situs yang paling terkenal di kompleks Taman Peringatan Perdamaian adalah Kubah Bom Atom atau Genbaku Dome-mae dalam bahasa Jepang. Kubah Bom Atom adalah reruntuhan gedung berkubah yang secara ajaib masih relatif utuh meski bom atom meledak di dekatnya.
Gedung berkubah itu pada masa Perang Dunia II adalah gedung perkantoran milik Pemerintah Kota Hiroshima. Letak gedung persis di pinggir pertemuan dua sungai, yaitu Sungai Honkawa dan Sungai Motoyasu-Gawa yang menyatu di Sungai Ota-gawa.
Lokasi tersebut dipilih sebagai titik menjatuhkan bom atom karena merupakan kawasan perkantoran dan perbelanjaan. Banyak gedung penting yang lokasinya di sekitar Sungai Honkawa dan Sungai Motoyasu-Gawa.