Jakarta, Kompas -
Kepemimpinan Presiden Yudhoyono dalam komunitas ASEAN akan membawa perubahan, terutama dalam hubungan ASEAN dengan komunitas global. ”Pidato serah terima yang akan disampaikan Presiden di hadapan sembilan kepala negara ASEAN lain adalah penting selama setahun kepemimpinan Presiden Yudhoyono,” ujar Faizasyah saat dihubungi Kompas dari Jakarta, Jumat siang ini.
Menurut Faizasyah, pidato yang akan disampaikan Presiden Yudhoyono pada sesi penutupan KTT ASEAN, Sabtu sore waktu setempat, berjudul ”ASEAN Community in Global Community”.
”Tema tersebut berbicara mengenai bagaimana komunitas ASEAN berhadapan dengan komunitas global. Dengan tema tersebut, perlu ada pendekatan yang harus dilakukan oleh negara-negara ASEAN terkait hubungannya dengan global,” kata Faizasyah tanpa merinci langkah pendekatan yang akan dilakukan.
Komunikasi, ujar Faizasyah, tidak hanya diperlukan di antara negara-negara ASEAN, tetapi juga dengan masyarakat dunia. Oleh karena itu, kata Faizasyah, apabila Presiden Yudhoyono tidak hadir di Hanoi, roh dari tema sentral peran kepemimpinan Indonesia di kawasan negara ASEAN tidak bisa langsung disampaikan.
”Meskipun Presiden tidak ada di dalam negeri, sistem sudah bekerja. Presiden sudah memberikan arahan yang jelas sehingga diharapkan penanganan bencana berjalan dengan baik,” tutur Faizasyah.
Sementara itu, pada KTT ASEAN, delegasi China dan Jepang juga menggelar pertemuan sampingan. Mereka menjajaki perbaikan hubungan setelah sempat menegang akibat saling sengketa wilayah Kepulauan Senkaku (Jepang) atau Diaoyu (China) di Laut China Timur.
Pertemuan tertutup lebih dari satu jam itu diikuti Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi dan Menlu Jepang Seiji Maehara. Diharapkan pertemuan itu bakal mendasari pertemuan lanjutan di tingkat lebih tinggi, di antara dua Perdana Menteri China Wen Jiabao dan PM Jepang Naoto Kan.