Marty menambahkan, dengan perkembangan minimal sekalipun diharapkan tetap bisa memberi momentum sekaligus kesempatan mendatangkan berbagai perubahan.
”Justru kami ingin melihat pemilu, dengan berbagai kekurangan dan tantangannya tadi, bisa membuka potensi perubahan di sana. Jadi, tinggal bagaimana kita mengoptimalkan situasi sekarang. Faktanya, pemilu yang digelar memang begitu, tetapi terlepas dari itu kita tetap berupaya memajukan proses reformasi di Myanmar, bagaimana pun caranya” ujar Marty.
Sementara itu, Duta Hak Asasi Manusia PBB untuk Myanmar mendesak negara itu untuk menunjukkan ”sinyal kuat”-nya untuk menjalankan pemilu pada 7 November dengan jujur. Caranya dengan melepas ikon demokrasi Aung San Suu Kyi beserta 2.100 tahanan politik lainnya.