Di saat banyak komandan polisi, tentara, wali kota, dan pejabat sipil lain di Meksiko keder menghadapi ulah kartel obat bius yang kian brutal, tiba-tiba seorang perempuan muda dan cantik, mahasiswi berusia 20 tahun, bersedia menjadi kepala polisi. Tidak tanggung-tanggung pula, ia menjabat Kepala Kepolisian Praxedis
Saking brutalnya perang antargeng narkoba atau obat bius di kota berpenduduk 8.500 jiwa itu, tidak seorang pun dari polisi pria yang sudah berpengalaman mau menjadi komandan polisi di kota itu. Hanya Marisol Valles Garcia, perempuan berparas ayu yang jauh dari tampang garang, yang bersedia. ”Dia satu-satunya orang yang menerima jabatan itu,” kata pejabat kota itu seperti dilansir NY Daily News, 20 Oktober 2010.
Kota Praxedis Guadalupe Guerrero oleh warga setempat sering dijuluki ”kota tanpa hukum” dan ”kota tanpa aturan”. Marisol, mahasiswi kriminologi itu, justru akan bertugas di sini dan mengepalai 13 polisi lainnya. Mereka bertugas mengendalikan keamanan kota, termasuk mencegah tindak kriminal yang dilakukan geng narkoba. Itu tugas yang tidak ringan
Selama tahun 2010 ini, sudah 12 wali kota di Meksiko yang dibunuh oleh geng atau kartel narkoba. Korban terbanyak adalah wali kota di Meksiko utara, yang berbatasan dengan AS. Bahkan, ada sejumlah komandan polisi dan kepala departemen kepolisian hingga tentara tewas akibat kekerasan narkoba.
Marisol, ibu dari seorang anak, tidak takut melawan kartel narkoba. Padahal, kota di mana ia akan bertugas itu telah lama menjadi ajang pertempuran dua geng yang saling bermusuhan, yakni kartel Juarez dan Sinaloa. Dua kartel ini bertempur untuk mengendalikan jalan raya yang menjadi rute perdagangan obat bius paling menjanjikan menuju Texas.
Kartel Juarez dari Ciudad Juarez, kota paling menakutkan di seluruh Meksiko, di mana lebih dari 200.000 penduduknya telah mengungsi. Saking ”gelap”-nya kota ini, ”iblis pun takut tinggal”—pelukisan tentang kekejaman perang antarkartel. Lebih dari 2.500 orang tewas di sini antara Januari dan Oktober ini. Kartel Sinaloa dari Sinaloa, di tepi barat Meksiko, kartel yang kejam. ”Di sini semua orang takut dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa takut,” kata Fidel Vega, seorang karyawan SPBU. ”Anda melihat, wanita muda ini bertekad menuntaskan sesuatu.”
Marisol melakukan pendekatan berbeda dari yang pernah dilakukan komandan terdahulu dalam menekan perdagangan obat bius. Ia berencana merekrut lebih banyak wanita. Mereka ditempatkan di lingkungan masing-masing untuk berdialog dengan keluarga, mempromosikan nilai-nilai sipil, dan mendeteksi kejahatan potensial sebelum terjadi.