Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamat karena Makan Tuna dan Susu

Kompas.com - 14/10/2010, 08:53 WIB

”Ketika tidak mendapat pangan yang mencukupi, tubuh akan mengambil nutrisi dari tubuh, seperti lemak. Kalau lemak habis, kemudian protein juga diambil. Dalam kondisi kritis, makanan biasa tidak mudah diserap tubuh. Mereka dalam keadaan kurang kuat untuk mencerna makanan. Pangan dengan kandungan energi dan protein tinggi akan langsung diserap ke dalam tubuh,” kata Guru Besar Ketahanan Pangan Universitas Santo Thomas, Medan, Profesor Posman Sibuea.

Pangan itu akan mudah mencapai sistem metabolisme tubuh hingga memberi kekuatan. Bila kondisi mereka sudah kuat, mereka baru bisa mengonsumsi pangan seperti biasa. Untuk menggerakkan sistem pencernaan, dibutuhkan kondisi tubuh yang prima. Proses ini tidak mudah karena mereka mendapat oksigen yang terbatas, yang diperlukan untuk menormalkan kembali sistem pencernaan.

Ketika kondisi mulai pulih, para pekerja mulai ditanyai soal keinginan mereka. Beberapa pekerja membutuhkan buah dalam kaleng, sikat gigi, dan juga bir. Diameter lubang untuk jalur kapsul pun semakin besar, sekitar 66 cm.

Untuk menjamin kesehatan mereka, selain dengan pasokan gizi, tim penyelamat juga mengirim pertanyaan untuk mengetahui riwayat kesehatan para petambang. Dari kuesioner itu tim penyelamat mengetahui kondisi kesehatan mereka dan kemungkinan penyakit yang diderita. Tim penyelamat kemudian mengirim obat sesuai keluhan para pekerja. Dibuat agar sibuk

Stabilitas kondisi psikologis pekerja juga dijaga dengan mengirim kabar apa yang sedang terjadi di permukaan bumi. Mereka juga mendapat kesempatan berkomunikasi dengan keluarga. Sejumlah kesibukan juga diupayakan oleh tim penyelamat agar mereka tidak mengalami kekosongan jiwa. Untuk menangani stabilitas emosi dan kesehatan ini empat ahli perilaku manusia di lingkungan terisolasi dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) didatangkan.

Pelajaran dari kasus di Cile bagi Indonesia adalah bagaimana mempersiapkan penyelamatan orang-orang yang terperangkap di bawah tanah. Pasokan pangan untuk mereka juga perlu dipersiapkan karena acap kali korban yang terperangkap tak mendapat pasokan makanan yang memadai.

”Tantangan bagi kita adalah menyediakan pangan darurat. Kita juga harus meneliti pangan-pangan spesifik dan siap konsumsi dalam situasi darurat. Kita harus mengkaji berbagai kemungkinan situasi darurat itu dan menyiapkan makanan bagi mereka agar bisa bertahan. Kondisi korban yang kekurangan air jangan dikirimi mi instan,” kata Sri Rahardjo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com