Pertemuan Perdana Menteri Jepang Naoto Kan dan Perdana Menteri China Wen Jiabao, Selasa (5/10), disebut-sebut berlangsung ”spontan”. Hal itu berlangsung seusai mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Ke-8 Pertemuan Asia-Eropa (ASEM) di Brussels, Belgia.
Menurut Deputi Sekretaris Kabinet Jepang Bidang Kehumasan Noriyuki Shikata, pertemuan ”tak sengaja” itu terjadi seusai acara makan malam, yang dihadiri kedua PM, di tengah penyelenggaraan KTT Ke-8 ASEM. Pertemuan itu juga dibenarkan oleh Kementerian Luar Negeri China,
”Mereka sama-sama menyepakati soal perlunya upaya untuk memperbaiki dan melanjutkan kembali hubungan,” ujar Shikata.
Kementerian Luar Negeri China bahkan menyatakan, kedua pemimpin negara juga setuju menggelar pertemuan tingkat tinggi pada saat yang tepat.
Perkembangan situasi tersebut terbilang menggembirakan. Sebulan lalu PM Wen menolak bertemu dengan PM Kan. PM Wen juga tak mau bertemu dengan PM Kan saat keduanya sama-sama hadir dalam pertemuan puncak PBB pada September lalu di New York, AS.
Ketegangan hubungan kedua negara terjadi setelah Jepang menangkap kapal dan nelayan China.
Namun, setelah pertemuan di Brussels itu, Jepang ataupun China tetap sama-sama mengulangi klaim kedaulatan atas Kepulauan Senkaku (Jepang) atau Kepulauan Diaoyu (China), yang selama ini memang menjadi akar persoalan sengketa.
Pihak Jepang menegaskan kedaulatannya atas wilayah kepulauan, yang terdiri atas delapan pulau tak berpenghuni dan seluas 7 kilometer persegi, itu sudah dimulai sejak abad ke-19.
Pihak China, kata Jepang, baru sibuk ”meributkan” haknya atas kepulauan tersebut pada akhir 1970-an ketika diketahui kawasan tersebut kaya deposit minyak.