Sebelumnya sudah santer kabar pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Il, telah merestui untuk mewarisi takhta kepada putra bungsunya, Kim Jong Un. Hal sama dialami Jong Il yang mewarisi takhta dari ayahnya, pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, tahun 1994.
Sebagian besar kalangan memercayai sosok fisik, ambisi, serta perangai Jong Un yang paling mirip dengan ayahnya jika dibandingkan dengan kedua saudara laki-lakinya, Kim Jong Chul dan Kim Jong Nam.
Mulai pekan depan, Jong Un yang berusia 20-an tahun itu diyakini akan mengambil alih kendali kekuasaan di Korut.
Sebulan sebelumnya Jong Il, yang dikabarkan sakit keras dan terkena serangan stroke, melakukan lawatan ke China. Kemungkinan besar kunjungannya itu untuk menjajaki sikap China sebagai sekutu terpenting terkait pergantian kekuasaan di negerinya itu.
Jika suksesi berjalan seperti diperkirakan, dari Jong Il ke putranya Jong Un, Korut bakal terus menjadi negara komunis yang pemerintahannya diwariskan secara turun-temurun.
Meski begitu, proses suksesi yang sangat tertutup dan rahasia di negara komunis itu bukannya tanpa intrik. Penundaan jadwal kongres Partai Pekerja sebelumnya, dari yang seharusnya awal September, juga mengundang sejumlah spekulasi di kalangan pengamat.
Mereka meyakini pada praktik proses suksesi di Korea Utara tidak berjalan semulus yang diduga selama ini. Diyakini tidak sedikit kalangan elite di tubuh partai yang menolak rencana Jong Il mewarisi posisinya kepada Jong Un, yang saat ini dinilai masih sangat muda.
Sejumlah spekulasi pun muncul, ada kemungkinan suksesi bakal berlangsung bertahap. Jong Il menyerahkan posisinya sementara waktu kepada saudara iparnya, Chang Song Taek, sampai menunggu Jong Un siap. Chang saat ini menjabat Wakil Kepala Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara.
”Ada kemungkinan kalangan elite Korut tidak selalu satu pemahaman seperti selama ini diasumsikan. Sejumlah faksi merasa sangat tidak senang pada pilihan penerus kepemimpinan sekarang (Jong Un). Mereka bahkan menginginkan komposisi kepemimpinan yang sama sekali baru,” ujar Andrei Lankov, pengajar di Universitas Kookmin di Seoul, Korea Selatan.
Pengamat lain menilai Jong Un tidak cukup siap mewarisi takhta ayahnya, seperti ketika Jong Il mewarisi hal serupa dari ayahnya, Il Sung. Mereka meyakini kemunculan Jong Un justru malah terlalu dipaksakan menyusul kondisi kesehatan ayahnya yang semakin memburuk pascaserangan stroke Agustus dua tahun lalu.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa, wakil Korut dengan percaya diri menyatakan bahwa negaranya telah sukses memenuhi target pengurangan jumlah kemiskinan, kelaparan, dan kematian akibat penyakit menular, seperti menjadi target delapan Millennium Development Goals (MDGs) 2015.
Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Pak Kil Yon, hal itu terbukti dari adanya pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis serta kesetaraan jender di negeri komunis itu.
Hal tersebut tentu saja dipercaya sangat kontradiktif dengan kenyataan sesungguhnya, di mana negara itu diyakini lebih berambisi membangun persenjataan nuklir ketimbang memerhatikan kesejahteraan rakyat.