Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Shenzhen, Tina Membangun Harapan

Kompas.com - 18/08/2010, 10:00 WIB

Enam tahun setelah gagasan Deng diberlakukan, 1985, Shenzhen telah memukau dunia. Gedung-gedung pencakar langit menjulang di mana-mana. Aneka industri pun mulai beroperasi. Di akhir tahun 1970 penduduk Shenzhen hanya sekitar 25 ribu jiwa. Kini, kota metropolitan baru itu dihuni sekitar 8,5 juta jiwa.

Keputusan untuk menerapkan sistem kapitalis di Shenzhen ibarat menebar gula. Para investor menyerbu bagai semut karena menghitung laba yang fantastis. Upah di Shenzhen hanya 10 persen dari upah di Hongkong. Segalanya murah di kota baru ini termasuk rumah dan tanah. Sementara, pasar yang siap menyambut adalah 1,3 miliar penduduk China.

Berkembang Di kota ini industri hi-tech berkembang pesat sejak industri ini mulai dibangun tahun 1990an. Industri produk hi-tech di shenzhen yang berperan penting adalah industri pengembangan software dan manufaktur komputer, industri telekomunijasi, industri teknologi audia-visual, industri jaringan, industri rekayasa biologi, dan kompnen dasar. Shenzhen juga merupakan markas industrialisai aplikasi tekevisi digital, produk biologi, komputer, komponen photoelectric, dan magnetic head.

Tercatat, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Shenzhen sepanjang tahun 2009 mencapai 120 miliar dollar AS. Pemerintah Shenzhen mematok pendapatan kotor per kapita penduduknya pada tahun 2020 mencapai 20 ribu dollar AS setahun. Sepuluh tahun ke depan PDB Shenzhen ditargetkan mencapai 186 miliar dollar AS.

Bandingkan Jakarta yang baru saja berulang tahun ke 483, PDB-nya tercatat hanya sekitar 35 miliar dolar AS pada tahun 2008. Jakarta masih terengah-engah membangun sistem transportasi massalnya. Ibu kota Indonesia ini semakin hari semakin sesak oleh kemacetan yang parah. Populasi Jakarta pun terasa sesak karena di kota seluas 660 meter persegi ini dihuni oleh sekitar 12 juta jiwa.

Menyusuri jalan-jalan Shenzhen sulit membayangkan jika 30 tahun lalu kota ini adalah kota nelayan miskin. Gedung-gedung tinggi bertebaran di segala penjuru kota, jalan-jalan kota terbentang mulus dan lebar. Pun trotoar di kota itu lebar dan bersih serta berhias taman hijau dengan bunga warna-warni. Shenzhen tahu bagaimana memanjakan para pejalan kaki.

Kota ini jauh lebih asri dan bersih dibanding kawasan bisnis Sudirman-Thamrin di Jakarta. Kota seluas 2.000 kilometer persegi itu mendedikasikan 47,6 persen lahannya sebagai taman kota. Selain itu, sebagai kota baru Shenzhen juga membangun sistem transportasi terpadu antara bus dan subway.

Harapan

"Siapa yang tidak tertarik datang ke Shenzhen?" ucap Tina. "Kota ini menawarkan harapan. Shenzhen jauh lebih murah dibanding Hongkong," sambungnya. "Harapan apa?" tanya saya. "Tentu harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Semua orang datang ke sini untuk bekerja mencari uang," katanya sambil tersenyum.

Malam itu kami menikmati malam yang gerah di kawasan perbelanjaan Dongmen, di pusat kota Shenzhen. Musim panas. Siang hari suhu udara bisa mencapai 36 derajat celcius. Hari mulai gelap pukul 19.00 dan udara tetap panas. Gadis-gadis shenzhen hilir mudik di jalan-jalan kota hanya dengan kaus tanpa lengan dan celana pendek jauh di atas paha. Lampu-lampu kota berpendar di setiap sudut jalan. Sejuta mimpi dan harapan pun berpendar di tiap ayunan langkah kaki gadis-gadis itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com