Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelisik Akar Kriminalitas di Afsel

Kompas.com - 03/08/2010, 06:52 WIB

Tradisi kekerasan juga amat berpengaruh. Baik masyarakat tribal maupun tradisional punya tradisi kekerasan seperti itu. Selama pemerintahan apartheid, kekerasan pun banyak. Akibatnya, sadar atau tidak, masyarakat masih terbiasa dengan kekerasan. Maka dari itu, wajar jika pembunuhan di Afsel sangat tinggi, rata-rata 50 pembunuhan terjadi dalam sehari atau 0,496008 pembunuhan dari 1.000 orang (statistik nationmaster.com).

Soal pemerkosaan, Afsel juga termasuk tertinggi di dunia. Bahkan, Afsel sampai disebut ibu kota pemerkosaan karena banyaknya kasus pemerkosaan di negeri itu.

Selain itu, banyaknya imigran gelap ke Afsel juga menjadi salah satu penyebab kriminalitas. Saat ini, ada 5 juta imigran gelap di Afsel. Sebanyak 3 juta di antaranya dari Zimbabwe.

Mereka rata-rata hidup di masyarakat kumuh di Afsel dan tak memiliki pekerjaan. Sebagian dari para imigran itu bekas tentara di negaranya. Karena harus menyambung hidup, mereka akhirnya terjun di dunia kriminal.

Daerah Hillsbrow, Johannesburg, menjadi salah satu kantong imigran yang juga kantong kriminalitas. Bahkan, daerah ini sangat ditakuti hampir semua orang di Afsel karena angka kriminalitasnya sangat tinggi.

Banyaknya imigran gelap yang masuk juga tak lepas dari sifat korup oknum aparat di perbatasan. Menurut beberapa orang Afsel, polisi perbatasan mudah disogok sehingga banyak imigran gelap mudah masuk. Orang-orang Zimbabwe yang susah di bawah pemerintahan Robert Mugabe banyak yang mencoba mencari peruntungan ke Afsel. Mereka menyiapkan bayaran khusus kepada polisi perbatasan agar bisa masuk ke Afsel.

Sementara itu, penanganan pemerintah terhadap gangster juga tak terlalu tegas. Bahkan, gangster seperti tumbuh subur. Mereka biasanya menjalankan bisnis narkoba. Bahkan, sudah jadi rahasia umum pula bahwa sebagian oknum polisi ikut membantu atau mengambil keuntungan dari para gangster.

Mantan Presiden Interpol Afsel yang juga mantan Komisioner Polisi Nasional Afsel, Jackie Selebi, bahkan sampai disidang. Dia didakwa menerima suap dari seorang pemimpin geng di Johannesburg, Glenn Agliotti. Jika pimpinan polisi saja bisa kena suap, maka bisa dibayangkan bagaimana polisi-polisi di bawahnya.

"Yang jadi persoalan di negeri ini, sering kali polisi tidak menangkap orang yang bersalah, tapi justru menangkap orang yang tak bersalah. Anak saya pernah merasakannya. Dia ditangkap saat belanja baju. Polisi sengaja menginterogasinya secara berbelit-belit hanya agar anak saya mengeluarkan duit," keluh Chris Mullins.

Karena kehidupan gangster sudah meresahkan, masyarakat sempat membentuk ormas bernama People Against Gangster and Drug (PAGAD). Namun, gerakan mereka kurang mendapat sambutan atau dukungan, terutama dari pihak keamanan. Akibatnya, gema mereka tenggelam oleh angka kriminalitas yang makin tinggi dan sepak terjang gengster yang makin menjadi.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com