Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selat Malaka hingga Somalia

Kompas.com - 22/07/2010, 02:41 WIB

Oleh Laksana Agung Saputra/Iwan Santosa

Kerja sama dan kemampuan angkatan laut negara anggota ASEAN semakin terasah berkat patroli Selat Malaka yang digelar sejak 2005. Angka kejahatan bajak laut dapat ditekan sedemikian rupa.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Agus Suhartono dalam pertemuan Malacca Strait Sea Patrol (MSSP) Ke-6 di Batam, Kepulauan Riau, Senin (19/7), mengungkapkan adanya kerja sama semakin erat militer negara ASEAN. ”Kerja sama awal dirintis Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Pada tahun 2008 Thailand bergabung dalam MSSP. Sekarang Brunei, Filipina, dan Vietnam menjadi peninjau,” kata Agus.

Angka pembajakan pun turun drastis di Selat Malaka. Tahun 2006 tercatat 11 kasus, tahun 2007 ada 7 kasus, tahun 2008 ada 2 kasus, dan tahun 2009 satu kasus. Adapun pada semester pertama tahun 2010 tak ada satu pun kasus pembajakan yang terjadi.

Sebelumnya, pada awal dekade 2000-an, bajak laut menjadi hantu di Selat Malaka. Kepala Staf Angkatan Laut Diraja Malaysia Laksamana Tan Sri Abdul Azis bin Haji Jaafar mengatakan, premi asuransi laut di Inggris melonjak nilainya bagi kapal-kapal yang berlayar di Selat Malaka.

Seorang sumber militer di Brunei menambahkan, kejahatan waktu itu bersifat lintas negara. Pada beberapa kasus, sebagai contoh ditemukan kapal yang dibajak telah berganti identitas dan dijual di Bangkok, Thailand. Awak kapal disandera di wilayah Malaysia timur dan muatan dijual di Indonesia atau Singapura. Semua masih berada di wilayah negara ASEAN.

Gangguan itu semakin menyurut di Selat Malaka. Kerja sama yang digelar turut melibatkan matra lain, seperti angkatan udara dan angkatan darat negara anggota ASEAN dalam program ”Eyes in The Sky” hingga pertukaran data intelijen.

Praktis perairan Selat Malaka dan Selat Singapura diawasi menyeluruh oleh patroli gabungan. Pengawasan dilakukan selama 24 jam oleh pusat komando MSSP setiap negara.

Pusat Komando Patroli dibentuk oleh negara anggota MSSP. Indonesia memiliki dua pusat komando di Batam, Kepulauan Riau, dan Belawan, Sumatera Utara. Malaysia di Lumut, Johor, Singapura memiliki pusat komando di Changi, dan Thailand mempunyai basis di Phuket di ujung utara Selat Malaka.

Jalur Selat Malaka dilintasi sekurangnya 100.000 pelayaran niaga setiap tahun. Tercatat 50 persen kapal tanker dan 25 persen kapal kargo melintasi Selat Malaka setiap tahun.

Laut China Selatan-Sulu

Keberhasilan MSSP mengilhami pengembangan patroli laut di daerah rawan, semisal di Laut China Selatan dan Laut Sulu.

Laksamana Agus Suhartono menerangkan, tidak tertutup kemungkinan patroli laut di Laut China Selatan digelar dengan menggandeng angkatan laut Vietnam, Brunei, dan Filipina.

Keterangan senada disampaikan Laksamana Tan Sri Abdul Azis bin Haji Jaafar yang menyatakan pihaknya siap berpartisipasi dalam pengamanan Laut Sulu yang menjadi wilayah perbatasan Filipina selatan di Mindanao, Malaysia timur di Negara Bagian Sabah, dan Indonesia di Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi Maluku Utara.

Malaysia diketahui membangun basis kapal selam di kota Lahad Datu di pantai timur Sabah. Kapal selam modern yang dibeli dari Perancis itu menambah kekuatan Malaysia di daerah yang rawan terhadap aksi bajak laut, penyelundupan, dan teroris.

Perairan di kawasan tersebut diketahui rawan terhadap aksi bajak laut dan teroris. Beberapa kali teroris dari Filipina selatan menculik turis di lokasi wisata di pantai timur Sabah ataupun merompak kapal niaga yang berlayar di perairan sekitar Kaltim-Sabah dan Kepulauan Sulu.

Jaringan teroris diketahui bergerak di Filipina selatan-Sabah dan Indonesia dengan memanfaatkan jalur laut di Laut Sulu.

Indonesia juga meningkatkan pangkalan angkatan laut dan pangkalan udara di Tarakan, Kalimantan Timur, dan patroli laut di Sulawesi Utara serta Maluku Utara.

Pemerintahan baru Filipina di bawah Presiden Benigno Aquino menegaskan komitmen untuk menumpas kelompok separatis dan gerilyawan komunis termasuk yang mengganggu wilayah selatan negerinya.

Saat ini Malaysia diketahui menggelar pasukan penjaga perdamaian di Kepulauan Sulu.

Militer Amerika Serikat juga aktif membantu militer Filipina untuk menumpas gerilyawan separatis dan komunis di Filipina Selatan. Pulau Jolo dan Pulau Basilan menjadi salah satu sasaran operasi militer.

Laksamana Agus Suhartono mengingatkan pentingnya menciptakan stabilitas di kawasan tersebut agar hubungan ekonomi regional bisa berkembang antara Malaysia timur, Kalimantan-Sulawesi, dan Filipina selatan. Pemukim Indonesia yang beranak pinak di Filipina selatan diperkirakan mencapai 30.000 orang.

Perairan Somalia

Selain pengamanan regional, kesuksesan MSSP mengilhami operasi lebih luas, yakni pengamanan perairan Teluk Aden di dekat Somalia yang rawan bajak laut. Aksi bajak laut Somalia di tahun 2007 tercatat 126 kasus., sedangkan pada paruh pertama tahun 2008 tercatat 114 kasus.

”Kita mengirim landing ship tank dan dua helikopter Super Puma beserta pasukan gerak cepat untuk membantu patroli multinasional di Teluk Aden,” kata Kepala Staf Angkatan Laut Singapura Laksamana Muda Chew Men Leong.

Laksamana Tan Sri Abdul Azis bin Haji Jaafar menerangkan, Pemerintah Malaysia mengirim kapal pengamat maritim untuk memonitor pergerakan kapal berbendera Malaysia di perairan tersebut.

Keberhasilan MSSP bisa menjadi bekal peningkatan kerja sama ASEAN yang semakin erat seperti Uni Eropa dan juga terlibat dalam peran global seperti pengamanan perairan di sekitar Somalia.

Banyak kepentingan ekonomi negara ASEAN berada di lintasan laut antara Terusan Suez-Teluk Aden dan Samudra Hindia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com