Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Vuvuzela" Pun Membisu

Kompas.com - 18/06/2010, 14:02 WIB

Klakson kendaraan dan suara vuvuzela yang biasanya memekakkan telinga tidak lagi terdengar. Mereka membisu setelah penampilan mengecewakan ”Bafana Bafana” pada Kamis (17/6).

Jalan-jalan di Pretoria yang biasa ramai oleh pesta kini mendadak menjadi sepi setelah tim Afrika Selatan ditekuk 0-3 oleh Uruguay. Peluang tuan rumah untuk bisa lolos babak penyisihan pun mulai diragukan. Kekalahan itu begitu memukul perasaan warga Afrika Selatan.

”Luka yang Teramat Dalam dan Mimpi Buruk”, begitu judul berita utama surat kabar Sowetan merespons kekalahan Bafana Bafana. Dua gol yang dilesakkan Diego Forlan ke gawang Afrika Selatan sangat menghancurkan harapan sang tuan rumah.

Oscar Tabarez, ”Sang Maestro” kesebelasan Uruguay, berhasil meracik potensi individu para pemainnya. Pemain Uruguay sangat solid dalam bertahan dan pergerakan tiga penyerangnya, termasuk Diego Forlan yang memasukkan dua gol, kerap mengancam gawang Afrika Selatan.

”Tim mengecewakan kami, padahal mereka bermain di negerinya sendiri,” ujar Brian Zikhale, seorang pelayan sebuah restoran di Pretoria.

Sambil melayani dua tamunya yang sedang melihat tayangan ulang laga Afrika Selatan-Uruguay, saudara Zikhale yang bernama Mzo pun larut dalam kesedihan. ”Seharusnya kami menang.” ujarnya.

Menurut Mzo, tim kesayangannya tidak memiliki semangat juang. Masyarakat merasa frustrasi dan kecewa. Sepertinya hanya sedikit yang akan melihat laga selanjutnya.

Kios-kios pinggir jalan yang pada hari-hari kemarin sibuk melayani penjualan penutup telinga bagi konsumen yang terganggu suara vuvuzela tidak terlihat lagi. Untuk pertama kalinya sejak turnamen digelar, warga yang selalu terganggu oleh bisingnya vuvuzela tidak perlu memakai penutup telinga.

Taman dan sudut-sudut kota yang kemarin ramai kini sepi. Skhumbuzo Zwane, seorang petugas kebersihan, mengatakan, situasinya sejak saat ini tidak akan pernah sama lagi. ”Bafana Bafana akan mendapat sedikit dukungan meskipun saya tetap berharap,” katanya.

Sebagian lagi warga Afrika Selatan bahkan telah membuang jauh harapan pada tim kesayangannya. Seorang petugas parkir kota, James Dlamin, menuturkan, kesebelasan Afrika Selatan tidak bisa berjuang untuk menang. Mereka tidak tahu caranya bermain bola. Yang mereka bisa hanyalah membuat kegaduhan dengan suara vuvuzela yang berisik. ”Mereka memalukan. Jerman-lah yang akan memenangi Piala Dunia 2010,” kata James yang memakai topi bergambar bendera Jerman itu.

Berbeda dengan James, Zikhale dan saudaranya Mzo akan mendukung tim dari Benua Afrika lainnya, seperti Ghana dan Pantai Gading, seandainya Afrika Selatan menjadi tim tuan rumah pertama yang gagal lolos dari babak penyisihan.

Namun, di tengah suasana sedih yang mendalam masih ada warga Afrika Selatan yang menaruh harap timnya bisa mengalahkan runner-up juara dunia 2006, Perancis, pada pertandingan terakhir Grup A nanti. ”Bisa saja kami mengalahkan Perancis dan melaju lebih jauh lagi,” kata pemilik bar Alfred Mohlamonyane. ”Saya senang karena mereka masih memiliki peluang,” katanya menambahkan.

Untuk sementara, Afrika Selatan menempati posisi terakhir Grup A dengan perolehan nilai satu dari dua kali bermain. Tim asuhan Carlos Alberto Parreira itu akan berhadapan dengan Perancis pada 22 Juni mendatang. Jika mereka bisa menaklukkan Perancis, bukan tidak mungkin suara vuvuzela yang memekakkan telinga kembali menggema di stadion dan jalan-jalan di Afrika Selatan. (REUTERS/ADH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com