Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gadis-gadis Cilik yang Menderita

Kompas.com - 15/02/2010, 11:26 WIB

KOMPAS.com - Nasib mayoritas anak-anak Kongo, Afrika, ibarat pepatah: sudah jatuh tertimpa tangga pula. Betapa tidak? Hidup miskin di bumi yang tandus, diperburuk lagi oleh keharusan mereka untuk berperang. Nasib paling buruk justru diderita oleh tentara anak perempuan.

Tidak saja dipaksa oleh kelompok pemberontak, tetapi mereka juga direkrut oleh tentara nasional. Sudah ada upaya untuk mengakhiri penggunaan tentara anak dalam perang yang merobek wilayah timur Republik Demokrasi Kongo. Namun, anak-anak masih terus saja direkrut.

United Nations Children’s Fund (Unicef) menyebutkan, gadis-gadis cilik yang direkrut untuk menjadi tentara berada pada kondisi paling rentan dan rawan dijadikan budak seks. Mereka tidak mudah dilepas oleh tentara nasional dan pemberontak. Anak-anak ini dipakai sebagai pasukan, buruh, dan budak seks.

Berbulan-bulan, anak-anak perempuan menjadi korban kekerasan dan pemerkosaan. ”Anak perempuan sangat jarang dibebaskan oleh angkatan bersenjata (tentara nasional) dan para pemberontak,” kata perwakilan Unicef di Goma, Kongo timur, menandai Hari Internasional Melawan Penggunaan Tentara Anak. Unicef mengatakan, dari data yang mereka himpun, hanya 20 persen dari anak-anak itu yang dibebaskan. Mereka saat ini sedang dalam perawatan berbagai badan atau organisasi perempuan.

Unicef sedang menyambut upaya pemerintah, termasuk penerapan hukum untuk menindak para perekrut tentara anak dengan hukuman 20 tahun penjara. Namun, Unicef malah menemukan fakta lain. Tentara nasional yang berada di lapangan serta kelompok pemberontak terus mendatangi permukiman untuk merekrut anak-anak.

Grand Duchess Maria Teresa dari Luksemburg serta Unicef Eminent Advocate for Children mencatat bahwa saat ini terdapat sekitar 250.000 tentara anak yang bertugas di berbagai daerah konflik di seluruh dunia. ”Ini jelas amat berbahaya bahkan berisiko kematian. Anak-anak telah dijadikan budak dalam permainan yang mematikan ini, yang sengaja dirancang oleh orang-orang dewasa,” kata Teresa.

Hanya sedikit yang dibebaskan
Sejak 2004, lebih dari 36.000 anak Kongo telah diselamatkan dari angkatan bersenjata dan kelompok-kelompok pemberontak, terutama di wilayah timur. Pada tahun 2000, hampir 6.000 anak dibebaskan, tapi hanya 1.222 di antaranya anak perempuan. Anak perempuan sangat sedikit yang dibebaskan. Nasib mereka benar-benar buruk.

”Tempat bagi anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, adalah keluarga. Mereka seharusnya tidak berada di dalam kelompok bersenjata seperti ini,” kata perwakilan Unicef di Kongo, Vu Thi Pierette.

”Semua anak, dan terutama gadis-gadis cilik, yang berhubungan dengan tentara nasional dan pemberontak mengalami trauma. Mereka membutuhkan perawatan yang sangat khusus. Hal ini penting untuk mengembalikan kehidupan normal mereka secepat mungkin,” kata Vu.

Awal pekan ini, Yayasan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Aktivitas Populasi (UNFPA) melaporkan, ada lebih dari 8.000 anak perempuan diperkosa di timur Kongo pada tahun 2009. Pemberontak etnis Hutu Rwanda, yakni Force Démocratiques de Libération du Rwanda (FDLR), pelaku genosida sejak tahun 1994, turut bertanggung jawab atas kasus itu. Namun, tentara nasional juga turut melakukan pelecehan seksual.(UN News/Allafrica.com/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com