Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelamatan Anak-anak Haiti Nyaris Terhenti

Kompas.com - 09/02/2010, 12:42 WIB

"(kini) Semuanya lambat, dan sebagian besar pilot undur dari misi penerbangan medis yang melibatkan anak-anak," tutur Scott Dorfman, pilot asal Atlanta, AS, yang sudah melakukan 50 penerbangan sejak awal gempa, mentranspor bekal, dokter, dan pasien.

Ia mengaku berencana menerbangkan bayi Haiti dalam kondisi kritis ke RS AS minggu ini, tapi ia juga waswas menjalankan tugasnya. "Apapun yang terjadi, saya tak mau lepas landas sampai yakin bahwa kita sudah memiliki semua surat-surat itu di tangan. Walaupun pasien itu batal pergi, tetap saja begitu."

Satu lagi masalah, menurut Greig, para petugas bea cukai AS yang mengeluarkan formulir pengawasan medis untuk anak yang diungsikan kadang kurang berkoordinasi dengan para pilot yang semustinya sudah menyelesaikan formulir-formulir tersebut sebelum lepas landas.

Para petugas AS di Haiti menolak menjawab tentang kesulitan perizinan untuk pengungsian anak-anak, tapi para dokter juga menghadapi masalah lain ketika mengungsikan pasien. Menurut petugas militer AS, angkutan udara militer pada 27 Januari lalu sempat terhenti karena kekurangan ruang dan sejumlah RS juga khawatir terjadinya pembengkakan biaya kalau menerima lebih banyak pasien anak-anak lagi.

Penerbangan militer sudah kembali berlanjut sejak 1 Februari. Dustin Doyle, jubir angkatan udara AS, mengatakan bahwa rata-rata delapan pasien diterbangkan ke AS tiap harinya.

Tapi menurut para dokter, hanya segelintir anak-anak bisa memanfaatkan penerbangan militer itu, karena proses persetujuannya lama dan hanya diberikan bagi pasien yang terancam mati dalam 24 hingga 48 jam ke depan.

Nyatanya, menurut para dokter di RS lapangan bandara Haiti, sebagian besar pasien yang diterbangkan ke AS sejak gempa terjadi diangkut oleh penerbangan swasta yang diusahakan oleh berbagai organisasi non-pemerintah dan warga sipil.

Sebenarnya sejak awal gempa masalah administrasi telah mengganjal. Tiap hari para pilot dan dokter bertengkar di bandara karena para pilot takut kehilangan izin terbang mereka dan juga terancam denda USD 400.000 (kira-kira Rp. 3,7 miliar) kalau tak melengkapi formulir pengawasan dari pihak bea cukai.

Penundaan penerbangan jelas berdampak. Seorang bayi perempuan yang lahir prematur paru-parunya dipompa secara manual dan bergantian oleh para dokter dan tubuhnya dihangatkan oleh penghangat makanan karena tak ada inkubator. Itu pun hanya satu contoh dari sekian banyak. Beberapa pasien cilik dalam kondisi kritis itu masing-masing ditemani orang dewasa yang mengaku orang tuanya tapi tak memiliki dokumen sebagai bukti.

Beberapa dokter di RS Umum dan klinik di bandara bahkan telah berkonsultasi dengan pengacara untuk melihat apakah mereka bisa dituntut karena mengatur penerbangan pribadi tanpa memastikan surat-surat yang diperlukan.

Alternatif lainnya, yaitu melarikan anak-anak berkondisi kritis itu ke kapal medis 'The Comfort' yang sedang berlabuh, tapi itu pun gagal akibat terbatasnya ruangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com