Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelamatan Anak-anak Haiti Nyaris Terhenti

Kompas.com - 09/02/2010, 12:42 WIB

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.com- Proses pengungsian anak-anak Haiti yang luka parah ke Amerika Serikat oleh pihak non-pemerintah kini hampir terhenti total. Sebab, para penolong, dokter, dan petugas pemerintah khawatir dituduh menculik bila mereka memindahkan anak-anak tersebut sebelum membereskan administrasi, sedangkan proses administrasi itu lamban atau bahkan tak tersedia dokumennya.

Tadinya RS Anak terbesar di Haiti menerbangkan 15 anak tiap hari ke Amerika Serikat melalui penerbangan non-pemerintah. Tapi kemudian terjadi kasus di mana 10 warga AS ditahan karena berusaha membawa anak-anak keluar dari Haiti bulan lalu. Setelah kasus tersebut, cuma tiga anak per hari yang diterbangkan ke rumah sakit-rumah sakit di AS.

Demikian dikatakan Kepala Administrasi RS Lapangan Haiti Bidang Perawatan Anak, Elizabeth Greigh, yang juga bertugas mengusahakan perizinan pengungsian anak-anak dari Haiti ke AS.

"Setidaknya 10 anak telah meninggal atau makin parah kondisinya saat menunggu diungsikan," lanjut Greig. Belasan anak sangat butuh perawatan, dan sebenarnya jumlah RS dan pilot AS pun cukup banyak tersedia.

Akan tetapi sebelum diizinkan mengungsikan seorang anak, para dokter mengaku oleh petugas AS dan Haiti dimintai dokumen untuk membuktikan bahwa anak tersebut yatim piatu atau bahwa orang dewasa yang menemani anak itu adalah orang tuanya. Ini sangat sulit mengingat bahwa segala surat-surat seperti akte lahir anak-anak itu kebanyakan masih tertimbun reruntuhan.

"Mereka (anak-anak itu) semua berisiko mati, dan seharusnya mereka tak lagi di Haiti," keluh Dr. Shayan Vyas, ahli anak dari AS sementara mengganti infus di RS lapangan yang berbasis di bandara Port-au-Prince.

RS ini dikelola oleh Medishare, lembaga kemanusiaan berbasis di Miami, AS, dan juga oleh perkumpulan RS yang berafiliasi dengan Universitas Miami; dari sinilah kebanyakan anak-anak itu diungsikan via udara oleh bantuan non-pemerintah.

Klinik-klinik lain di Haiti juga mengusahakan sendiri proses pengungsian, tapi semuanya kini tengah bergulat dengan birokrasi demi membuktikan bahwa mereka tidak mengungsikan anak-anak itu secara ilegal.

Terkait kasus 10 warga AS yang ditahan itu, apa pun motivasi mereka membawa anak-anak keluar dari Haiti tanpa persetujuan pemerintah tapi intinya menurut banyak warga Haiti dan pekerja penyelamatan kasus ini telah menjadi pengalih perhatian yang berbahaya bagi negara yang masih di tengah krisis kemanusiaan ini.

Sebelum terjadi kasus tersebut, begitu sejumlah anak dinyatakan dalam kondisi kritis, maka pilot dan regu penyelamat bisa menerbangkan mereka keluar dari negara itu. Surat-surat dan administrasi bisa diurus setelah keadaan anak-anak itu stabil.

"(kini) Semuanya lambat, dan sebagian besar pilot undur dari misi penerbangan medis yang melibatkan anak-anak," tutur Scott Dorfman, pilot asal Atlanta, AS, yang sudah melakukan 50 penerbangan sejak awal gempa, mentranspor bekal, dokter, dan pasien.

Ia mengaku berencana menerbangkan bayi Haiti dalam kondisi kritis ke RS AS minggu ini, tapi ia juga waswas menjalankan tugasnya. "Apapun yang terjadi, saya tak mau lepas landas sampai yakin bahwa kita sudah memiliki semua surat-surat itu di tangan. Walaupun pasien itu batal pergi, tetap saja begitu."

Satu lagi masalah, menurut Greig, para petugas bea cukai AS yang mengeluarkan formulir pengawasan medis untuk anak yang diungsikan kadang kurang berkoordinasi dengan para pilot yang semustinya sudah menyelesaikan formulir-formulir tersebut sebelum lepas landas.

Para petugas AS di Haiti menolak menjawab tentang kesulitan perizinan untuk pengungsian anak-anak, tapi para dokter juga menghadapi masalah lain ketika mengungsikan pasien. Menurut petugas militer AS, angkutan udara militer pada 27 Januari lalu sempat terhenti karena kekurangan ruang dan sejumlah RS juga khawatir terjadinya pembengkakan biaya kalau menerima lebih banyak pasien anak-anak lagi.

Penerbangan militer sudah kembali berlanjut sejak 1 Februari. Dustin Doyle, jubir angkatan udara AS, mengatakan bahwa rata-rata delapan pasien diterbangkan ke AS tiap harinya.

Tapi menurut para dokter, hanya segelintir anak-anak bisa memanfaatkan penerbangan militer itu, karena proses persetujuannya lama dan hanya diberikan bagi pasien yang terancam mati dalam 24 hingga 48 jam ke depan.

Nyatanya, menurut para dokter di RS lapangan bandara Haiti, sebagian besar pasien yang diterbangkan ke AS sejak gempa terjadi diangkut oleh penerbangan swasta yang diusahakan oleh berbagai organisasi non-pemerintah dan warga sipil.

Sebenarnya sejak awal gempa masalah administrasi telah mengganjal. Tiap hari para pilot dan dokter bertengkar di bandara karena para pilot takut kehilangan izin terbang mereka dan juga terancam denda USD 400.000 (kira-kira Rp. 3,7 miliar) kalau tak melengkapi formulir pengawasan dari pihak bea cukai.

Penundaan penerbangan jelas berdampak. Seorang bayi perempuan yang lahir prematur paru-parunya dipompa secara manual dan bergantian oleh para dokter dan tubuhnya dihangatkan oleh penghangat makanan karena tak ada inkubator. Itu pun hanya satu contoh dari sekian banyak. Beberapa pasien cilik dalam kondisi kritis itu masing-masing ditemani orang dewasa yang mengaku orang tuanya tapi tak memiliki dokumen sebagai bukti.

Beberapa dokter di RS Umum dan klinik di bandara bahkan telah berkonsultasi dengan pengacara untuk melihat apakah mereka bisa dituntut karena mengatur penerbangan pribadi tanpa memastikan surat-surat yang diperlukan.

Alternatif lainnya, yaitu melarikan anak-anak berkondisi kritis itu ke kapal medis 'The Comfort' yang sedang berlabuh, tapi itu pun gagal akibat terbatasnya ruangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com