Manila, Kamis -
Juru bicara Biro Investigasi Nasional (NBI) Filipina, Ricardo Diaz, mengatakan itu di Manila, Filipina, Rabu (16/12), bersamaan dengan tibanya Latip. Kata Diaz, aparat keamanan Indonesia menangkap dan menahan Latip sejak sebulan silam di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, karena memakai paspor palsu.
Latip pernah bekerja sama dengan pemimpin spiritual Khadaffy Janjalani, yang ditembak mati militer Filipina pada tahun 2006. Dia berperan aktif sebagai penyalur dana dari Al Qaeda cabang Arab Saudi dan Abu Sayyaf, sebuah kelompok militan yang dituding sebagai pelaku serangan teror di Filipina.
”Keterlibatannya bukan sebagai pejuang, melainkan penyalur dana Al Qaeda. Dia memfasilitasi pengiriman dana ke kelompok Abu Sayyaf,” kata Diaz.
Menurut Diaz, Amerika Serikat (AS) pun sedang berupaya mengekstradisi Latip karena mendanai penculikan atas misionaris AS, Charles Walton, di Filipina selatan pada tahun 1993. Latip bukan pelaku langsung penculikan yang dilakukan aktivis Abu Sayyaf. Namun, dia tetap menjadi incaran AS karena perannya sebagai penyalur dana tersebut.
Diaz juga mengatakan, Latip diduga kuat pernah bertindak sebagai juru bicara kelompok Abu Sayyaf pada saat terjadi penculikan Walton. Namun, dia telah dikenal melalui tanda lahirnya di pipi kiri.
Pengadilan Filipina akan memutuskan apakah Latip akan diekstradisi ke AS untuk dihadapkan ke pengadilan terkait penculikan Walton. Misionaris ini memang telah dibebaskan oleh Abu Sayyaf setelah pemerintah Libya ikut menyelesaikan dan menengahi kasus ini.
Latip yang berkumis dan berjenggot panjang itu tiba di Manila dengan mengenakan kaus dan sebuah bandana. Kepada wartawan dia menolak disebut anggota kelompok Abu Sayyaf. ”Saya bukan anggota kelompok Abu Sayyaf, melainkan teman dekat Janjalani,” kata Latip.
Meskipun demikian, dia mengaku telah menggunakan paspor palsu ketika ditangkap dan ditahan di Jakarta. Latip mengatakan, dia menyinggahi Jakarta dalam perjalanan dari Jordania untuk kembali ke Filipina. Tidak jelas sudah berapa lama dia berada di luar negeri.
Abu Sayyaf diduga didirikan oleh jaringan Al Qaeda untuk memperjuangkan kemerdekaan Filipina selatan yang mayoritas berpenduduk Muslim.