Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjengkelkan, tapi Kita Memang Harus Belajar dari "Si Truly Asia" (3)

Kompas.com - 01/09/2009, 10:30 WIB

Minim "Budget"

KOMPAS.com — Dana promosi meski bukan segalanya menjadi cermin keseriusan pemerintah dalam membangun sektor pariwisata di Tanah Air. Pemerintah Indonesia hanya mengalokasikan Rp 289 miliar (dari budget Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2009 sebesar Rp 1,1 triliun) untuk kepentingan promosi pariwisata sepanjang 2009. Dana itu memang naik 10 persen dibandingkan tahun lalu.

Berdasarkan standar Badan PBB untuk pariwisata (UN WTO), untuk mendatangkan seorang wisman diperlukan dana promosi sebesar 10 dollar AS. Jumlah wisman ke Indonesia pada 2009 ditargetkan mencapai 6,5 juta orang dengan penerimaan devisa 7,1 miliar dolar AS.

Malaysia sendiri pada dasarnya merupakan pasar potensial kedua dengan sumbangan jumlah wisman yang datang ke Indonesia pada 2008 sebesar 880.000 pengunjung. Tahun ini ditargetkan bertambah mencapai 1-1,2 juta pengunjung ke Indonesia.

Executive Director Bloomingdale Worldwide (partner pariwisata Depbudpar untuk Malaysia) Yann Razal mengatakan, Indonesia termasuk salah satu negara yang mengalokasikan budget rendah untuk sektor pariwisata.

"Selain dengan Indonesia, kami terbiasa menangani Malaysia Tourism Board, Pakistan, India, dan Singapura. Indonesia masih yang terkecil budget-nya," katanya.

Untuk 2009, Bloomingdale hanya dijatah Rp 30 miliar dengan target mampu mendatangkan wisman asal Malaysia sebanyak 10.200 pengunjung sampai tutup tahun ini.

Direktur Promosi Dalam Negeri Fathul Bahri menegaskan, pihaknya menetapkan strategi pemasaran less budget high impact. "Kami lebih ke new wave marketing, yakni dengan budget yang minim tapi ada impaknya yang luar biasa," katanya.

Managing Director Bloomingdale Worldwide Mudi Astuti mengatakan, pada dasarnya Indonesia menghadapi masalah dalam hal kanal pasar. "Kita harus bereskan dulu marketing channeling (kanal pasar) ini sebelum melangkah ke tahap selanjutnya," katanya.

Malaysia sudah membereskan persoalan tersebut jauh-jauh hari sebelumnya. Karena itulah, branding yang penuh filosofi, "Truly Asia", bagi negeri itu menjadi citra yang dijunjung tinggi semua elemen masyarakatnya. "Sudah sejak 2003 Malaysia membereskan persoalan di tingkat marketing channeling," katanya.

Indonesia, menurut dia, memiliki potensi lebih dari Malaysia bila mau memulai untuk membereskan marketing channeling yang kusut sampai detik ini. "Kita punya semuanya di sini, apa yang tidak kita punya," kata dia.

(Selesai)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com