Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Satu-satunya "Lampu Stopan" di Baghdad

Kompas.com - 23/08/2009, 12:23 WIB

BAGHDAD, KOMPAS.com-Satu-satunya lampu lalu-lintas yang masih berfungsi di Baghdad dan diapit oleh tembok bekas ledakan, bunker serta kabel, berdiri tegak. Itu sebagai "satu-satunya prajurit" untuk memulihkan ketenangan di kota yang telah lama dirundung kekacauan tersebut.

Lampu tenaga surya itu, yang beroperasi sejak Mei, berada di Damascus Square di Baghdad. Ini adalah lampu pertama sejak serbuan pimpinan AS 2003 untuk menggulingkan presiden Saddam Hussein.

Lampu lalu-lintas itu adalah bagian dari upaya untuk memulihkan kehidupan normal di Irak. Kerusuhan di Irak telah berkurang tapi tetap terjadi setiap hari --sebagaimana dibuktikan oleh pemboman mematikan Rabu (19/8) yang menewaskan hampir 100 orang.

"Yang membuat kami prihatin adalah serangan teror, orang meninggalkan bom mobil dan benda semacam itu, bukan tabrakan mobil," kata seorang personil polisi lalu-lintas yang hanya menyebutkan namanya sebagai Hussein sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Lampu itu berada di luar pintu masuk "Zona Hijau" yakni daerah kedutaan besar dan kantor pemerintah yang dijaga ketat dan sebelumnya berfungsi sebagai pusat pendudukan Amerika. Satu truk derek tetap berada di persimpangan dekat lampu. Fungsinya untuk mengangkat rongsokan mobil, muatan yang bertumpuk di luar kantor polisi di dekatnya.

Pada umumnya pengemudi kendaraan di Baghdad termasuk rombongan menteri dongkol terhadap setiap upaya melakukan pengendalian lalu-lintas. "Namun, para menteri dan personil militer berhenti jika mereka datang dengan satu mobil. Namun mereka tak melakukannya jika mereka berombongan," kata polisi lalu-lintas Ali Saad.

Kepatuhan pada lampu lalu-lintas adalah langkah besar yang dibutuhkan di Baghdad. Karena, jumlah kendaraan telah bertambah dari sebanyak 250.000 menjadi 1 juta sejak serbuan pimpinan AS. Meskipun tak ada surat izin baru yang dikeluarkan buat semua kendaraan tersebut.

Segera setelah invasi AS, satu peraturan yang masih berlaku hingga sekarang adalah mengenai kendaraan tak boleh melaju terlalu dekat dengan rombongan tentara asing atau kontraktor keamanan, jika Anda tidak mau ditembak. Meskipun tentara Amerika ditarik dari tengah kota pada 30 Juni, dan menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak, penghalang beton dan pos pemeriksaan dengan tujuan menghentikan pemboman mobil dan pria bersenjata masih menjadi metode utama pengendalian lalu-lintas.

"Jaringan lampu lalu-lintas yang pernah ada di Baghdad hilang sebagai akibat kekacaun pascapenggulingan Saddam," kata Brigadir Polisi Ammar Waleed Al Khayat, yang setiap hari menyampaikan laporan mengenai lalu-lintas melalui televisi. Setiap lampu lalu-lintas rusak, baik karena peralatannya dicuri maupun lampunya dipindahkan.

Kota tersebut pada 2008 memasang sejumlah lampu baru yang menerima pasokan listrik secara tradisional. Tetapi jika seseorang duduk di markas polisi lalu-lintas di dekat Departemen Dalam Negeri di Baghdad, ia segera mengetahui mengapa semua lampu itu tak berfungsi. Menurut Al Khayat, pada siang hari, lampu neon di kantor tersebut menyala, berkat pasokan listrik selama tiga jam sehari di kota itu, dan kemudian tiba-tiba listrik padam. "Bagaimana kami dapat mengoperasikan lampu lalu-lintas dengan listrik seperti itu?" ujar Al Khayat mempertanyakan.

Di Damascus Square, keadaan lebih aman dibandingkan beberapa tahun belakangan di mana aksi perlawanan dan pertempuran sektarian membuat kota tersebut kehabisan polisi lalu-lintas. Toh, itu tidak sepenuhnya benar. Satu bom truk dahsyat merenggut banyak nyawa dan meninggalkan puing di luar Departemen Luar Negeri hanya beberapa ratus meter dari tempat itu pada Rabu. Rangkaian serangan di ibukota Irak itu menewaskan hampir 100 orang.

Seorang pejabat intelijen, yang berpakaian seragam polisi lalu-lintas, mengatakan baru bulan Juli dua personil tewas di persimpangan jalan, setelah memburu beberapa pria bersenjata yang memakai lencana palsu polisi lalu-lintas. Ketika ditanya apakah pembunuhan semacam itu membuat dia takut, petugas intelijen tersebut mengatakan ia hanya malu.

Polisi lalu-lintas Hussein juga mengatakan ia merasa lebih aman dalam beberapa tahun belakangan. Selama masa kerusuhan paling buruk pada 2006, komandannya terbunuh dan banyak rekannya berdiam di rumah, karena takut dibunuh. "Sebelumnya kami harus mengenakan pakaian lapis baja dan membawa senjata, bukan pistol. Dan siaga," katanya. "Situasinya lebih baik sekarang. Yang penting ialah saya mengabdi buat negara".

Mohammed Abbas, pegawai negeri yang berusia 32 tahun mengatakan lampu lalu-lintas adalah bagian dari upaya peningkatan keamanan di jalan setelah tentara AS ditarik. "Saya kira lampu lalu-lintas baru bukanlah tanda perdamaian, tapi semua itu adalah tanda ketentraman," kata Abbas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com