Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 10.000 Militan MEND Bisa Peroleh Amnesti

Kompas.com - 18/07/2009, 01:26 WIB

ABUJA, KOMPAS.com - Sekitar 10.000 militan di kawasan bergolak Delta Niger bisa memperoleh amnesti yang ditawarkan pemerintah Nigeria yang bertujuan mengakhiri serangan-serangan yang telah melumpuhkan industri minyak negara itu, kata seorang pejabat tinggi yang menangani program itu, Jumat (17/7).
      
"Kami bekerja di kawasan yang mencakup sekitar 10.000 militan," kata koordinator utama komite pelaksanaan amnesti, Marsekal Madya Lucky Ararile, pada jumpa pers.
      
Ia mengatakan, militan-militan itu berada di 50 hingga 60 kamp di negara-negara bagian Bayelsa, Rivers, Delta, Edo, Ondo, dan Akwa Ibom. Berdasarkan program amnesti itu, setiap militan akan menerima tunjangan 20.000 naira (135 dollar AS) per bulan, selain 1.500 naira per hari untuk kebutuhan makanan, pada saat berada di pusat penyatuan kembali, katanya.
      
"Perlucutan senjata dan demobilisasi yang merupakan bagian dari program itu akan berlangsung 60 hari. Karenanya, program reintegrasi itu tidak menentu waktunya," kata Ararile.
      
Ia menyatakan, "beberapa" militan sudah menyerahkan senjata mereka. Pejabat itu menolak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai jumlahnya.
      
Presiden Nigeria Umaru Yar’Adua menawarkan amnesti 60 hari kepada orang-orang bersenjata untuk berusaha mengakhiri kerusuhan yang telah membuat negara eskportir minyak terbesar kedelapan dunia itu gagal menghasilkan lebih dari duapertiga dari kapasitas 3 juta barrel per hari sejak awal 2006, sehingga Nigeria kehilangan penghasilan milyaran dollar dan membuat harga minyak dunia lebih tinggi.
      
Program amnesti itu, yang ditawarkan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger. Pemerintah berharap 20.000 orang bersenjata mengambil peluang tersebut.
      
Sebagai bagian dari upaya amnesti itu, pemerintah pada 13 Juli membebaskan Henry Okah, seorang pemimpin kelompok militan utama MEND yang dituduh melakukan pengkhianatan. MEND menanggapi langkah itu dengan mengumumkan gencatan senjata 60 hari dalam "perang minyak" mereka.
      
Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND), kelompok paling lengkap persenjataannya di antara sejumlah kelmpok pemberontak yang beroperasi di wilayah selatan penghasil minyak, mengklaim melancarkan sejumlah serangan sejak pemerintah Nigeria menawarkan amnesti pada 25 Juni.
      
MEND telah mendesak semua perusahaan minyak yang masih beroperasi di Delta Niger segera pergi, dengan mengancam melancarkan serangan-serangan baru. MEND bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap perusahaan-perusahaan minyak besar yang mencakup Shell, Chevron, dan Agip. Serangan-serangan terakhir itu membuyarkan harapan bahwa tawaran amnesti akan menciptakan masa tenang.
      
Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.
      
Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barrel per hari, dari 2,6 juta barrel tiga setengah tahun lalu.
      
Kelompok MEND, yang bulan Juni mengumumkan "perang minyak habis-habisan" yang bertujuan menghentikan produksi, mengakhiri gencatan senjata pada 31 Januari setelah serangan militer terhadap salah satu kamp mereka di Delta Niger, dan memperingatkan mengenai serangan besar-besaran terhadap industri minyak.
      
MEND mengumumkan gencatan senjata pada September namun berulang kali mengancam akan memulai lagi serangan jika "diprovokasi" oleh militer Nigeria.
      
Militer Nigeria memulai ofensif terbesar dalam beberapa tahun ini pada pertengahan Mei, dengan mengebom kamp-kamp militan di sekitar Warri di negara bagian Delta dari udara dan laut dan mengirim tiga batalyon pasukan untuk menumpas pemberontak yang diyakini telah melarikan diri ke daerah-daerah sekitar.
      
Militer menyatakan tidak bisa berpangku tangan lagi setelah serangan-serangan terhadap pasukan, pemboman pipa minyak dan pembajakan kapal minyak, yang semuanya membuat Nigeria gagal mencapai produksi penuhnya selama beberapa tahun ini.
      
Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.
      
Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun lalu, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com