Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat-obatan dan Kematian Sang Raja Pop

Kompas.com - 09/07/2009, 09:54 WIB
KOMPAS.com — Perhatian warga di berbagai belahan dunia tersedot ke upacara penghormatan terakhir kepada ”Raja Pop” Michael Jackson yang dimakamkan, Selasa (7/7) di Forest Lawn, Los Angeles, Amerika Serikat. Hingga kini kematian Jackson masih menimbulkan spekulasi terkait penyalahgunaan obat-obatan.

Jackson meninggal secara mendadak pada 25 Juni lalu karena denyut jantung berhenti secara mendadak (sudden cardiac arrest). Dalam hasil otopsi tahap pertama, kepolisian Los Angeles menemukan beragam obat dalam tubuh Jackson dan di kediamannya, seperti meperidine dan hydrocodone, obat-obatan pereda sakit, memperkuat dugaan bahwa kematian bintang besar itu terkait penyalahgunaan obat.

Tim penyelidik juga menemukan obat penenang keras propofol di kediaman Jackson. Propofol biasa digunakan agar pasien tak sadarkan diri sebelum operasi besar. Meski bisa digunakan dalam dosis rendah untuk penenang, obat itu dilarang digunakan di rumah dan hanya boleh diberikan ahli anestesi.

Sebagaimana rumor seputar kehidupan dan karier Jackson, banyak hal tidak diketahui terkait kesehatan Sang Bintang. Kematiannya pun menimbulkan spekulasi kuat tentang peran para dokter yang merawat sang bintang dengan meresepkan obat-obatan secara berlebihan.

”Ketergantungan obat-obatan pereda sakit bisa mengganggu fungsi respirasi. Tingkat respirasi melamban hingga berhenti bernapas. Hal ini menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen dalam darah,” kata dr Douglas Zipes, juru bicara The American College of Cardiology.

Menahun

Jackson punya sejarah panjang masalah kesehatan hingga mengalami ketergantungan obat-obatan bertahun-tahun sebagaimana dilansir sejumlah media. Pada tahun 1984 ia menjadi korban kebakaran ketika menyanyi untuk iklan minuman di Los Angeles dalam ledakan asap efek khusus. Akibatnya, ia harus dioperasi besar, dan sering nyeri sehingga mengalami ketergantungan obat-obatan pereda sakit.

Ia juga menderita lupus tahun 1980-an serta beberapa kali menjalani bedah plastik. Tahun 1993, dr Arnold Klein yang menangani masalah kulit Jackson menyatakan bahwa artis itu menderita vitiligo, penyakit kulit yang membuat seseorang kehilangan pigmen pembuat warna kulit, rambut, dan mata.

Jackson dirawat di rumah sakit karena nyeri dada tahun 1990 dan menunda konser karena dehidrasi pada Agustus 1993. Tur konser diperpendek pada November 1993 karena ia kecanduan obat keras penghilang nyeri ketika menghadapi tuntutan hukum kasus dugaan paedofilia.

Dalam proses persidangan kasus dugaan pelecehan seksual terhadap anak pada Juni 2005, Jackson kembali dirawat di RS karena nyeri punggung. Dr Deepak Chopra kepada CNN menyatakan, Jackson pernah meminta diresepkan narkotik pada tahun 2005 lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com