Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misi Sulit George Mitchell

Kompas.com - 21/04/2009, 10:43 WIB

KOMPAS.com — Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, George Mitchell (76), pekan ini kembali mengadakan lawatan ke Timteng. Ia mengunjungi Maroko, Israel, Palestina, Mesir, Arab Saudi, dan negara Arab Teluk lain. Ini adalah lawatan ketiga kali sejak dia ditunjuk Presiden Barack Obama pada Januari sebagai ujung tombak diplomasi perdamaian AS di Timteng.

Mitchell juga pernah menjadi Utusan Khusus AS untuk Timteng pada masa pemerintahan Presiden AS Bill Clinton dan memimpin sebuah komite yang disebut Komite Mitchell. Mitchell sendiri keturunan Arab. Ibunya berasal dari Lebanon. Di AS Mitchell masuk komunitas Arab-Amerika.

Misi Mitchell kali ini dibilang tersulit. Ia kini harus berhadapan dengan Pemerintah Israel yang menolak kebijakan damai AS dan internasional. Pertemuan Mitchell dengan PM Israel Benjamin Netanyahu dan Menlu Avigdor Lieberman pekan lalu menguak perbedaan pendapat AS-Israel soal isu perdamaian itu. AS menyatakan komitmen atas solusi dua negara. Israel cenderung mengabaikan solusi dua negara itu.

Ini sebuah taruhan bagi kredibilitas Mitchell yang sering menegaskan, tidak ada konflik yang tidak bisa diselesaikan. ”Konflik apa pun bisa diselesaikan,” kata Mitchell, Desember tahun lalu.

Ia mengatakan telah memahami bahwa rakyat di Timteng mengalami keputusasaan. ”Saya tahu perasaan rakyat Israel. Namun, pengalaman saya di Irlandia Utara memberi keyakinan bahwa tidak ada konflik yang tidak bisa diselesaikan. Konflik itu ciptaan manusia dan manusia bisa menyelesaikan,” kata Mitchell seraya mengatakan, penyelesaian konflik itu butuh waktu panjang. Namun, dengan komitmen, kerja keras, dan kepemimpinan yang tepat, konflik di Timteng sangat bisa diselesaikan.

Mitchell merupakan putra sulung dari lima bersaudara, lahir di Waterville, Maine, 20 Agustus 1933. Ia berasal dari keluarga Katolik dengan bapak bernama George John Mitchell asal Irlandia dan ibu Mary Saad.

Keluarga Mitchell berkecukupan secara materi. Semua anggota keluarga dididik mandiri sejak masa sekolah. Mitchell pernah bekerja sebagai sopir truk dan penjaga malam untuk membiayai kuliah hukum di Universitas Georgetown. Kemudian, Mitchell bekerja sebagai pengacara dan jaksa.

Mitchell lalu memutar haluan menjadi politisi. Ia bergabung dengan Partai Demokrat dan dinominasikan sebagai gubernur untuk Negara Bagian Maine pada 1974. Mitchell kalah dari kandidat independen, James B Longley.

Periode 1977-1979 Presiden AS Jimmy Carter menunjuk Mitchell sebagai jaksa agung untuk Negara Bagian Maine. Setelah itu, Mitchell menjabat hakim Federal sehingga ia ditunjuk oleh Gubernur Maine Joseph Brennan sebagai senator di Kongres pada Mei 1980. Mitchell menggantikan Edmund Muskie yang mundur sebagai senator karena ditunjuk menjadi Menlu AS. Ia terpilih sebagai senator pada 1982 dan terpilih lagi pada 1988. Pada 1994 ia memilih tidak mencalonkan lagi dan bekerja di sebuah kantor pengacara. Namun, pada 1995 dia menerima tawaran Presiden AS Bill Clinton sebagai Utusan Khusus AS untuk Irlandia Utara.

Mengulang sukses?

Konflik Irlandia Utara bukan perkara mudah dan semua upaya damai selalu mengalami kegagalan. Mitchell dengan kerja keras dan kunjungan ulang alik ke Irlandia Utara akhirnya berhasil membawa perdamaian di wilayah tersebut pada 1988. Dalam bukunya tentang Irlandia Utara berjudul ”Menciptakan Perdamaian”, Mitchell menuturkan, sebagai perunding telah dicoba kemampuannya mengatasi tradisi politik lokal dalam perundingan damai di Irlandia Utara.

Kini semua analis mengatakan, ditunjuknya Mitchell sebagai Utusan Khusus AS untuk Timteng, menunjukkan keseriusan Barack Obama berupaya mewujudkan kemajuan dalam proses perdamaian yang pelik itu.

Mitchell adalah figur kelas berat yang kaya pengalaman. Ia mendapat kebebasan dalam melaksanakan tugasnya dan diberi wewenang melaporkan langsung kepada Obama tanpa harus melalui Kementerian Luar Negeri atau Kantor Menlu Hilary Clinton.

Para diplomat AS menyebut, pemilihan Mitchell sebagai Utusan Khusus AS untuk Timteng merupakan keputusan terbaik yang diambil Obama hingga saat ini. Kalangan diplomat melukiskan, Mitchell adalah politisi yang mampu berdiri di tengah tanpa memihak. Israel tidak menganggap Mitchell sebagai sahabatnya dan Palestina juga tidak memandang sebagai musuhnya.

Ketika Mitchell masih duduk sebagai senator di Kongres, kelompok pro-Israel selalu mendukungnya. Ia juga selalu memberi suara mendukung pembuatan undang-undang yang membantu memperkuat hubungan bilateral AS-Israel. Bisakah Mitchell mengulang sukses di Irlandia? Kita tunggu saja. (MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com