Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Sudan Hadiri KTT Arab

Kompas.com - 30/03/2009, 18:29 WIB

DOHA, KOMPAS.com — Presiden Sudan Omar al Bashir menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di Doha, Qatar pada Senin (30/3). Padahal Pengadilan Kejahatan Perang (ICC) mengancam menangkap Bashir kalau nekat keluar dari Sudan. Bashir, seperti diwartakan sebelumnya, dituduh terlibat kejahatan perang di Darfur.

Sejumlah 17 kepala negara dari Liga Arab yang beranggotakan 22 negara dan PM Irak Nuri al Maliki hadir dalam pembukaan. Dalam kesempatan itu, Presiden Suriah Bashar al Assad mengucapkan pidato dalam pertemuan dua hari itu.
    
Bashir, yang tidak mengindahkan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) 4 Maret itu, tiba dengan mendapat sambutan hangat di Doha, Minggu (29/3), yang menekankan dukungan luas Arab terhadapnya.
    
Sekjen PBB Ban Ki-moon juga tiba di Doha menghadiri KTT itu meskipun Bashir hadir. "Sudan adalah anggota PBB, sementara ICC adalah satu badan pengadilan yang independen yang tidak melarang PBB berurusan dengan Sudan," kata seorang pejabat PBB yang tidak bersedia disebutkan namanya.
      
Bashir, yang diperkirakan akan menyelenggarakan satu jumpa pers di Doha Senin petang, menjadi salah satu bintang dari pertemuan itu. Diskusi menyangkut surat perintah penangkapan yang dikeluarkan ICC itu diperkirakan akan menjadi agenda KTT itu.
      
Para menlu Arab menyetujui sebuah rancangan pernyataan, Sabtu, mendesak ICC menghentikan proses hukum terhadap pemimpin Sudan itu dan menyerukan semua negara Arab menolak keputusan pengadilan itu.
       
Walaupun para pemimpin Arab diperkirakan mendukung Bashir untuk memperoleh konsensus menyangkut masalah-masalah lebih luas seperti hubungan dengan Israel sehubungan dengan serangan negara itu di Jalur Gaza  diperkirakan akan sulit untuk ditebak.
       
Menurut satu rancangan deklarasi itu, para pemimpin Arab diperkirakan akan menyetujui sebuah resolusi yang disponsori Arab Saudi mendesak dilakukan "dialog dan konsultasi dalam menyelesaikan pertikaian-pertikaian Arab."
      
PM Qatar Sheikh Hamad bin Jassem al Thani mengatakan, para menlu yang melakukan pertemuan menjelang KTT itu berusaha menuju pembentukan satu barisan yang bersatu, selain menunjukkan solidaritas terhadap Sudan. "Kita harus bertindak sesuai dengan tanggung jawab kita dan berusaha menuju pada hubungan yang dekat," katanya.
      
Namun, Presiden Mesir Mubarak, yang negaranya adalah negara Arab terbesar dalam hal jumlah penduduk dan satu kekuatan penting kawasan itu, memutuskan akan menjauhkan diri dari KTT itu.
       
Kairo dan Riyadh adalah pendukung kuat Presiden Palestina Mahmud Abbas. Sementara itu, Damaskus dan Doha mendukung gerakan Hamas, yang mengusir para anggota Fatah pimpinan Presiden Abbas dari Gaza dalam baku tembak di antara faksi Palestina itu, Juni 2007.
       
Mesir dan Arab Saudi mulai memperbaiki hubungan dengan Suriah. Penandanya, Raja Abdullah bertemu Mubarak dan Presiden Suriah Bashar al Assad di Riyadh, 11 Maret, dua bulan setelah KTT mini di Kuwait.
       
Kedua pertemuan itu memungkinkan Mesir yang didukung Barat dan Arab Saudi untuk memperbaiki hubungan dengan Suriah—satu sekutu penting Iran—yang memburuk selama perang di Gaza.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com