Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Kegagalan di Irak, AS Lebih Berhati-hati

Kompas.com - 12/03/2009, 13:23 WIB

WASHINGTON,KAMIS-Amerika Serikat tampaknya akan lebih berhati-hati dalam melakukan serangan lebih dulu setelah mengalami kegagalan intelijen dalam perang Irak. Demikian ditegaskan Menteri Perthanan AS Robert Gates, Rabu (11/3) waktu setempat.

"Pelajaran yang didapat dengan gagalnya menemukan senjata pemusnah massal ataupun beberapa hal lain akan membuat presiden masa depan sangat berhati-hati dalam melakukan aksi seperti itu atau mengandalkan intelijen," kata Gates.

Ia menambahkan presiden masa depan "akan mengajukan banyak pertanyaan sulit dan saya rasa tantangan saat ini lebih sulit dibandingan enam atau tujuh tahun lalu".

Gates, mantan direktur Badan Intelijen Pusat (CIA), mengatakan bahwa kriteria yang lebih ketat harus diterapkan sebelum invasi dijalankan.  "Saya kira hambatan pertama-tama adalah apakah kami akan diserang di wilayah kami. Itu sebagai salah satu permulaan," katanya.  "Kemudian kualitas intelijen."

Pemerintahan mantan Presiden George W. Bush pada saat itu bersikeras bahwa serangan tahun 2003 yang dipimpin AS ke Irak merupakan aksi yang penting dilakukan dengan dalih bahwa Irak tengah menjadi ancaman karena senjata pemusnah massal yang mungkin dimiliki rezim Irak. Tetapi hingga kini AS tidak menemukan apa yang mereka sebut sebagai senjata pemusnah massal Irak.

Pascaserangan 11 September, Bush dan para pembantu seniornya seolah mendapatkan hak untuk memutuskan AS boleh  melakukan serangan militer sebagai cara untuk menghindarkan negara tersebut dari serangan hebat teroris, gagasan yang kadang-kadang disebut sebagai "doktrin Bush".

Ketika tampil dalam acara "Tavis Smiley Show", Gates juga mengatakan bahwa pemerintah sebelumnya --saat Gate bergabung dengan pemerintah AS pada 2006, jauh setelah perang Irak diluncurkan-- melakukan kesalahan serius dalam merencanakan apa yang mereka katakan sebagai konflik jangka pendek.

"Menurut saya, sebagian besar rakyat akan sepakat bahwa memang ada perencanaan yang tidak cukup sehingga situasinya tidak seperti yang diharapkan, dan kami terjebak pada periode waktu yang berkepanjangan," katanya. "Saya rasa itulah salah satu kesalahan terbesar yang muncul. Kami saat itu tidak mengantisipasi bahwa aksi menghadapi perlawanan akan menjadi berkepanjangan."

Menteri Pertahanan AS itu mengatakan ia percaya bahwa militer AS telah mengambil pelajaran dari pengalaman Irak. Ia mengingini keahlian yang didapat  dalam menghadapi perlawanan saat perang Irak akan menjadi bagian permanen dalam menjalankan pelatihan dan membuat doktrin.

Gates mengatakan tidak ada kaitan antara serangan pemboman perlawanan baru-baru ini di Irak dan keputusan Presiden Barack Obama untuk menarik sebagian besar pasukan tempur AS dari Irak hingga akhir Agustus 2010. "Tampaknya tidak ada keterkaitan antara pengumuman yang dilakukan presiden dengan munculnya kekerasan," katanya.

"Menurut saya, itu lebih berkaitan dengan keberhasilan pemilihan provinsi dan Al Qaeda berusaha mengacaukan dampak positif pemilihan terhadap negara tersebut." Perang Irak telah menewaskan lebih dari 4.250 personil pasukan Amerika dan puluhan ribu warga Irak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com