Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Gelas Teh Hangat Sadeli di Rafah...

Kompas.com - 15/01/2009, 06:16 WIB

Sadeli. Usianya tiga puluh tahun. Sambil tersenyum, ia meletakkan dua gelas teh yang kami pesan di atas meja kecil. ”Dari Korea,” tanyanya, disusul senyum sebagai ungkapan keramahan.

”Oh, dari Indonesia. Maaf. Anda berdua saudara saya. Silakan diminum mumpung masih hangat,” katanya dan kemudian meninggalkan kami berdua duduk di kursi plastik warna hijau.

Sadeli, seorang penjual teh, kopi, dan sisha. Warungnya terletak di salah satu pojok kawasan yang disebut Saladin Square di Rafah, Mesir. Rafah sebuah kota yang terbelah menjadi dua. Sebagian masuk wilayah Mesir dan bagian lain masuk wilayah Jalur Gaza yang kini tengah dibombardir oleh pesawat-pesawat tempur Israel.

Kota paling selatan di Jalur Gaza itu dipisahkan oleh tembok, tembok yang menjadi pembatas antara wilayah Mesir dan Jalur Gaza. Rafah Mesir berpenduduk 30.000 jiwa. Jumlah penduduk Rafah Jalur Gaza lebih banyak, yakni 500.000 jiwa.

Yang disebut Saladin Square atau Salahuddin Square bukanlah sebuah tempat yang luas dengan segala aksesorinya yang membuat tempat itu indah. Bukan! Tempat itu adalah sebuah perempatan jalan di pusat kota Rafah Mesir. Sebuah perempatan jalan yang di setiap sisi perempatan berdiri toko-toko dan warung-warung yang kusam catnya. Ada toko kelontong, warung makan, toko serba ada kecil, ada toko pakaian, dan ada pula toko buah.

Di siang hari, tempat itu berubah menjadi pasar. Pasar tumpah. Dan, ketika malam tiba, tempat itu berubah menjadi pangkalan taksi dengan mobil yang sudah tua-tua. Semuanya sedan Mercedes-Benz. Ada yang keluaran tahun 1974 ada pula yang tahun 1986.

Yang ramai, memang hanya kawasan itu. Kawasan lain di Rafah, pukul enam petang saja sudah sepi. Gelap. Yang ada, saat ini, hanyalah tentara. Ada yang berdiri mengobrol, ada pula yang jongkok di seputaran api unggun kecil untuk menghangatkan badan yang disergap hawa dan angin dingin.

Tempat itu dinamai Saladin Square karena salah satu jalan yang bermuara di perempatan itu namanya Jalan Saladin. Bahkan, kawasan itu secara keseluruhan disebut Distrik Saladin. Jalan inilah yang berujung di Gerbang Saladin, gerbang yang menjadi pintu masuk ke Jalur Gaza. Namun, sejak tahun 2000, gerbang itu ditutup.

Saladin yang orang Kurdi itu adalah tokoh dan pahlawan besar dunia Islam. Dialah yang pada masa Perang Salib berhasil merebut Jerusalem dari tangan pasukan Eropa pimpinan Richard ”Si Hati Singa”. Ketika berkuasa atas Jerusalem, ia juga dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan toleransi. Semua orang, apa pun suku, etnis, dan agamanya, boleh tinggal di Jerusalem serta bebas menunaikan kewajiban agamanya.

Saladin adalah tokoh besar. Ia pembebas Jerusalem. Akan tetapi, apakah Gerbang Saladin juga menjadi pintu pembebas bagi orang-orang Palestina?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com